Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2015

Makna di balik sajak

Dalam sajak ini, aku ingin menuliskan sesuatu hanya beberapa kata Aku harap kau hendak membaca,, Tunggu.. Aku Rindu kamu.. Teruntuk Lentera ku yang berada di luar kota catatan rindu di tengah takbir bersua

Pesan Semesta

        Kita masih bisa berharap walau tak cinta. Tetapi, kita tidak akan memiliki cinta tanpa berharap.         Hari ini, seolah semesta bicara padaku. "Hentikan rasa itu sekarang juga". Namun, dengan ringan, aku mengabaikan pesan itu. Aku terus melangkah dengan perasaan yang sama, karena, Waktu yang berbulan-bulan, bertahun-tahun, tidakkah bukan hal yang mudah untuk menghapus sebuah rasa yang bernama 'cinta', yang sudah mengakar kuat dalam jiwa?         Hingga suatu hari aku terbangun dari mimpi. sebuah mimpi yang bukan biasa dan menyadarkan kepada realitas yang ada. Waktu indah bersamamu hanyalah mimpi semata, sedangkan pahitnya sungguh menyulitkan logika.Sungguh semesta mewujudkan kebenarannya. Aku sendiri yang mersakan malapetaka itu. Aku barulah tersadar bahwa aku haruslah memudarkan rasa itu sebelum menikamku. Namun, Aku terlambat.         Bunga, cokelat,...

Suaramu

Gambar
Setiap masa selalu memiliki kesan tersendiri Terlintas dalam memori yang selalu terulang kembali Kejadian hebat yang bisa mengukir hati Membuatmu enggan tuk terusik Membayar bayangan seseorang dengan lemah diri     'Andai hari itu tetap ada' ujar mu     'Andai Hari itu dan seterusnya tetap istimewa' pintamu     'Andai Hari itu, sekarang, lusa, dan berikutnya Ia tetap datang' harapmu     Dalam sujud kamu berharap, dalam sujud kamu meminta..     Sehingga, yang tercipta hanyalah harapan dan pengandaian     Itulah kamu..     Hidup dalam harapan dan pengandaian     Namun, tetap melanjutkan hari walau bukan dalam genggaman Catatan yang  kau buat, tak sanggup jua Ia mengerti Walaupun berkali-kali Ia membaca Hasilnya tetap sama. Memang sulit logikanya  Kau jamah "Namun  , cobalah Kau baca sekali lagi" Mohonmu, dengan hati.. "Pernah suatu masa, kita bertatata...

Rindu (kembali)

Di tempat yang sama rasa itu menyeruak kembali Meminta pertolongan agar terlepas dalam belenggu hati Di waktu yang sama perlahan-lahan menyiksa batinku pergi Mencari cara pertemuan yang tak kunjung pasti Namun, selalu saja ada pertahanan luar biasa ketika rindu itu muncul Menyerupai kabut yang rupanya menghali pandangan, kabur Saya mencoba mematikan rindu Membunuh dengan tega setiap kali kerinduan itu muncul Menghapus bayangan    sama yang senantiasa hadir Menikmati setiap detik rupamu dalam syair Percuma saja Walaupun dibawa pergi, dilupakan, dan mencoba dibunuh Itu tetap rindu Nilainya tak pernah berkurang, dan bahkan terus bertambah Wahai pemilik hati.. Kondisi ini sungguh menyiksa namun tetap terasa indah Setidaknya kita masih bisa merasakan Sensasi luar biasa yang bernama ‘rindu’ Hingga,   yang tercurahkan dan tempat bermuaranya harapan dalam kerinduan ialah.. doa.. catatan disuatu pagi yang hening Jasinga, 2 ...