Pesan Semesta
Kita masih bisa berharap walau tak cinta. Tetapi, kita tidak akan memiliki cinta tanpa berharap.
Hari ini, seolah semesta bicara padaku. "Hentikan rasa itu sekarang juga". Namun, dengan ringan, aku mengabaikan pesan itu. Aku terus melangkah dengan perasaan yang sama, karena, Waktu yang berbulan-bulan, bertahun-tahun, tidakkah bukan hal yang mudah untuk menghapus sebuah rasa yang bernama 'cinta', yang sudah mengakar kuat dalam jiwa?
Hingga suatu hari aku terbangun dari mimpi. sebuah mimpi yang bukan biasa dan menyadarkan kepada realitas yang ada. Waktu indah bersamamu hanyalah mimpi semata, sedangkan pahitnya sungguh menyulitkan logika.Sungguh semesta mewujudkan kebenarannya. Aku sendiri yang mersakan malapetaka itu. Aku barulah tersadar bahwa aku haruslah memudarkan rasa itu sebelum menikamku. Namun, Aku terlambat.
Bunga, cokelat, Ice Cream, boneka, ungkapan, surat, dan sajak-sajak yang kau berikan, yang kau bilang 'tanda cinta', kurasa untuk detik ini, menit ini, jam ini, hari ini tidak lagi berlaku.. walaupun sebenarnya, aku masih mengingiat momen-momen ketika kau memberikannya. Di tengah hiruk pikuk kantin sekolah, Pada jalan menuju rumahku, ketika kesunyian ruangan kelas kau mencoba selipkan ke dalam taskku, dan di samping cakrawala yang tak terbatas. Entah mengapa, lagi-dan lagi semesta menunjukannya.
Hubungan kita tak kuharapkan menjadi seperti ini. Aku sulit menerkamu, kamu sulit menerkaku. lalu kenapa kita saling bertolak belakang walaupun pada awalnya kita mempunyai tujuan yang sama? aku tahu, kau mengharapkan tujuan lain. Begitu mudahnya, begitu cepatnya, engkau berbalik arah dariku dan berjalan menuju jalan yang kukenal. jalan yang sangat ku kenal. Temanku.
"Levya.. Dia tak salah. kalau kau mau marah, marahlah kepadaku.."
Ucapmu dan pintamu berkali-kali. Namun, bagiku itu hanyalah ucapan dari seorang pecundang dan pendusta. Aku benar-benar tak menduganya. Sosok tambatan hati, yang selama ini meneduhkan jiwa dan dari ribuan lelaki yang ada, Aku tetap pilih kamu. Namun, Engkau lantas memilih keluar dari lingkup hidupku. Sosok teman yang menjadi sandaran ketika gundah gelana melanda, dengan tega menjadi sosok menyeramkan dalam hubungan seseorang dan dengan mudahnya mengugurkan kepercayaanku. Ribuan benci dan amarah rasanya tak terbendung lagi. Sehingga, yang tercurah hanyalah tetesan air di pipi.
Berburuk sangka kepada keadaan sungguh hal yang paling memalukan. Aku merasa dunia ini mulai tak berpihak kepadaku. Semuanya yang kulihat di arah kanan ialah kegiatanmu, kelakuanmu, kekonyolanmu, foto-fotomu dan selalu kamu. Namun, aku tahu posisiku sudah berada dimana. Bukan lagi menjadi sosok perempuan yang 'dulu' kau banggakan, dan bukan lagi sosok perempuan yang 'dulu' kisahnya, kisahmu jua. Semuanya yang kulihat dari arah kiri merupakan kisahku dekat dengannya. berbagi kisah dan menikmati momen bersama. sungguh, saat itu, aku merasa memiliki sosok perempuan lain setelah Ibuku yang dapat diandalkan. Ketika kepalaku menggadah ke atas, menatap sekumpulan awal tebal berwarna abu, Aku melihat kamu dan ia menjalin hubungan yang lebih dari sekedar 'Teman'. Dan pilihankku yang tersisa hanyalah melihat ke arah bawah. Namun, yang timbul ialah penyesalan terhadap pengkhianatan terhadap diri sendiri. Mengapa dari berbagai sisi semuanya sama? sama-sama menyebalkan.
Benar-benar mengkhianati diri sendiri. Airmata yang terus mengalir tanpa henti membuat mataku sembab. Kerisauan hati hanya gara-gara masalah itu, aku rela tidak memberikan asupan makanan pada tubuhku, pikiranku kacau balau dan pada akhirnya aku jatuh sakit. Aku terlalu fokus kepada betapa kecewanya diriku dikhianati oleh dua orang yang memang dekat denganku. Padahal, sebenarnya, Aku tak perlu mengkhianati diriku sendiri.
Aku berusaha untuk mengubur kebencianku terhadap dunia ini dengan sebisaku. Berusaha untuk tidak mencaci maki keadaan yang ada dengan orang-orang yang bersangkutan. Aku ingin sudah mengakhiri pengkhianatanku terhadap diri sendiri. Sungguh, aku memiliki dunia yang lebih berwarna. dibandingkan bersama engkau yang pernah memberikan warna Merah Jingga Kuning Hijau Biru Nila dan Ungu. Namun, bersama sahabat-sahabatku, aku menemukan warna Peach, Sian, , Plum, Putih, Emas, Tosca dan lebih banyak lagi.
Untuk rasa itu.. Jangan tanya. Akan kucoba bunuh juga.
Komentar
Posting Komentar