HADIAH KENANGAN DARI JOGJA
Setiap perjalanan, rasanya kurang lengkap apabila belum diceritakan. Apalagi dituliskan. Karena, dengan dituliskan itulah yang membuat kenangan abadi dan tak terlupakan. Kalau kata Pramoedya Ananta Toer "Karena kau menulis, suaramu tak akan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh dikemudian hari" itu saya kutip dari bukunya yang berjudul Anak Semua Bangsa. (Pecinta buku Pram pasti tahulah halaman berapa, wkwk)
Liburan semester ini, rasanya saya selalu ada di ibukota. yah.. you knowlah.. penat sekali. Pulang Ke rumah pun cuma sabtu-minggu. Terhitung dari masa liburan yang satu bulan, saya di jakarta 3 minggu, Karena banyak juga yang harus diurus: latihan teater dan ngurusin maba-maba. (yhaa) . Tinggal sisa satu minggu lagi. Otomatis saya harus cari celah di waktu seminggu ini buat pergi berlibur dong.. Dan akhirnya.. tujuan utama saya adalah Yogyakarta!!
![]() |
Kusutnya TiketQ |
Saya dan sepupu( Teh Neng) saya berangkat dari Stasiun Pasar Senen pukul 21.45 WIB dan akan tiba di Stasiun Tugu Yogyakarta pukul 05.44 WIB. Sengaja pake naik kereta malam, biar lebih berasa aja nge-trip nya whehe. Akhirnya, di jam yang sudah ditentukan, kereta kami sampai di Stasiun Tugu!
Untungnya, di Jogja pun ada A aip (kakaknya Teh neng) yang baru saja lulus dari UNY dan belum pulang ke Serang wkwk. Bisa dibilang, dialah yang jadi Tour guide selama di Jogja whehe. (maapkan sepupumu ini yang banyak mau a ). Dari stasiun di antar ke penginapan daerah Samirano Lama. Pokoknya daerah Penginapan dan Kosan anak-anak UNY deh disitu. Sengaja kami gak milih Hotel yang bintangnya ada 5, karena tujuan kami adalah hemat sehemat mungkin di kota orang whehe.
Pagi hari kami istirahat dulu di penginapan dan habis dzuhur barulah kami pergi jalan-jalan. Tujuan hari ini ialah Taman Sari, Keraton, dan Malioboro. Kami bertiga jalan menuju Halte Transjogja yang ada di depan gerbang UNY. Sama seperti Transjakarta, biaya masuknya sebesar Rp.3500 dan itu sudah bisa pergi kemana-mana. Menuju Malioboro, kami harus menaiki TransJogja 2 kali. pertama naik yang jurusan 2B, lantas transit dan naik yang jurusan 3A. Setelah itu, turunlah di Halte Malioboro 2 deket KM 0
ketika Kaki lumayan pegel, sampailah di Tamansari.. Harga tiket masuknya cuma Rp.5.000 dan itu sudah bisa masuk ke tiga daerah di Tamansari. Bagunan-bangunan di Tamansari itu kayak kerajaan-kerajaan HE. dan ditengah-tengah bangunan, ada kolam air, yang ngeliatnya tuh adem banget. Padahal di daerah objek wisatanya Tamansari itu terlihat tandus dan panas. Karena ada kolam air itu, rasanya seperti menemukan oasis di tengah padang pasir. Karena memang, dahulunya tempat ini ialah tempat mengambil air.
Masih di daerah Tamansari, ada juga Situs Pulo Kenanga yang isinya reruntuhan gedung. Dulunya, terdapat pohon-poon kenanga dan gedung ini merupakan 2 lantai. Namun sayang, saat ini hanya tinggal reruntuhannya saja dan sudah tidak berbentuk.
Situs yang ketiga ialah, Pulo Cemethi. nah, biasa disebut Sumur Gemuling. Untuk memasuki situs ini, kita harus melewati terowongan-- yang mana terowongannya dulu itu sebagai terowongan air bawah tanah. Konon, situs ini merupakan tempat bersemedinya Sultan-sultan. Sumur gemuling pun dahulunya sering dialihfungsikan menjadi masjid. Karena ada bagian yang seperti mihrab (tempat imam) di tengah-tengahnya.
Di hari kedua, Kami sewa motor karena akan pergi jauh ke daerah Bantul. Yup! Kami akan pergi ke Mangunan-Dlingo. Saya sendiri di bonceng temennya A aip, kalau gak salah namanya Mas Galih(eh iyah ga ya?") A aip sendiri nge bonceng Teh neng. Dan tepat pukul 9, kami melaju ke Mangunan dengan motor yang harus ke bengkel dulu karena ban dalemnya bocor -...-
Jalan menuju Mangunan cukup ekstrem!! Jalannya kecil, berliuk,-liuk, dan juga naik-turun. Ada tanjakan yang justru hampir 45 derajat. Untungnya, kondisi aspalnya baik dan mulus. Tinggal perlu keberanian untuk mengendarai sepeda motor ke daerah sini. Kalau masih bingung Mangunan-Dlingo dimana, tempat itu merupakan di Imogiri, Imogiri, itu di Bantul, nah Bantul itu di Yogyakarta, dan Yogyakarta itu di Indonesia. Semoga kebayang ya, whe.
Setelah menempuh perjalanan yang hampir 2 jam, akhirnya kami sampai di daerah Mangunan! Kami memasuki objek wisata yang pertama yaitu Panggung Sekolah Hutan. Tiket masuknya hanya Rp.2500!! noh murah banget kan? Di tempat ini tuh adem banget dan bisa bikin betah. Karena memang suasananya yang gak bising, juga lingkunganya yang asri dan hening. Sangat cocok buat orang-orang yang lagi pengen menyendiri dan menenangkan diri.
Sebenarnya di daerah ini masih banyak objek wisatanya lagi, yaitu Rumah Hobbit, Kebun Buah Mangunan, dll. Tapi kami gak sempat untuk memasuki kesemua wahananya karena harus ke Parangtritis. Setelah dari yang hijau-hijau, kami pun mencari tempat yang biru-biru.. Apalagi kalau bukan Pantai---
Kami melanjutkan perjalanan menuju antai Parangtritis. Setelah sekitar satu jam, akhirnya kami sampai di daerah Parangtritis. Gerbangnya besar, dan kita harus bayar retribusi dulu sekitar Rp.6000/ motor. Dari Gerbang Parangtritis, kami harus melaju lagi sekitar 1 Km untuk sampai di pantainya. Tepat pukul 2 waktu setempat, kami sampai di Pantai Parangtritis.
Pasir disini lembut banget sekaligus dalem banget. Sehingga, terkadang membuat kaki sedikit cepat pegal. Karena kami datang masih siang dan itu panas banget, akhirnya kami mampir dulu di warung sekaligus makan dan ngopi. Seperti pantai-pantai yang lain, warung-warung disini memasang tarif harga yang MUAHAAL. Saya cuma makan Indomie-telor dan Aqua, saya harus mengeluarkan rupiah sebesar 15.000 . Yaudahlah yaa...
Matahari akhirnya semakin turun dari langit dan mundur malu-malu ke ufuk barat. Di momen-momen inilah kami beraksi dan bermain air. Tak lupa juga berfoto-foto ria (karena ini adalah hal wajib whe)
Pantai Parangtritis merupakan pantai yang didesain oleh Sang Pencipta dengan sangat amat menarik dan Bagus. Hanya saja sayang, pantai ini tidak diajurkan untuk berenang. Karena Ombaknya bergulung-gulung tinggi dan cepat. Di pantai ini pula, legenda besar tercipta: yaitu Kisah Nyi Roro Kidul--Ratu Pantai Selatan. Konon, apabila ke pantai ini jangan menggunakan pakaian yang berwarna Hijau.
Dari ujung timur pantai ini, ada bukit-bukit karang yang hijau. Sayangnya, saya tidak diperbolehkan masuk ke dalam bukit itu. Alhasil, kami menikmati keindahan pantai dengan berjalan-jalan di atas pasir. Pantai disini begitu amat bersih dan terjaga. Air lautnya begitu biru menyegarkan, membuat kita ingin bermain air ditengah cuaca yang terik. Berikut ini ialah potret kenangan di Parangtritis
Di Parangtritis, kami menghabiskan waktu empat jam. Sebelum adzan magrib berkumandang, kami sudah bergegas meninggalkan pantai dan kembali ke kota Yogyakarta lagi. Perjalanan menggunakan motor dari Paangtritis ke Kota hanya 1 jam setengah. Cukup pegal namun selalu memberikan keindahan kota yang tak ada sesal.
Sebelum ke penginapan, kami mampir dulu di Alun-alun Selatan. Di malam hari, Jogja pun selalu memberikan keistimewaannya. Di tempat inilah, tempat wisata kuliner dan tempat berkumpulnya para turis untuk menikmati kota di malam hari.
Begitulah sepenggal hadiah kenangan dari Jogja untuk saya. Tanahnya yang indah dan pesonanya yang sungguh berbudaya. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi orang yang ingin berlibur tapi gak ada waktu buat berlibur, atau bagi orang yang sedang mencari referensi tempat untuk berlibur. Liburanku semester ini berakhir, dan kembali ke rutinitas semula : bertemu dengan Hutan Beton Jakarta.
Bukan hanya turis dalam negeri yang berkeunjung kesini, tapi banyak juga bule-bule yang menikmati keeksotisan Tamansari. Bahkan, ada pasangan yang sedang foto Pre-wedding ditempat ini. Bagi orang yang ingin menganal sejarah sekaligus menikmati eksotisnya jogja, bisa ke Tamansari sebagai tujuan utama.
Hari pertama di Jogja, cukup sampai di Malioboro. siapkan energi buat esok ke pantai dan Dlingo.
Selama di Jogja, kami tetap makan makanan warteg. Yah.. menjiwai anak kosan secara lebih mendalam. Saya pesen ayam dan pakai sayur dan ternyata cuma RP.9000!! Sedikit shock, karena beda jauh banget sama Jakarta yang kalau mau makan sama Ayam tuh bisa sampe RP.16.000. (Yaiyalah.. Kota pelajar dibandingin sama Kota Metropolitan)
Di hari kedua, Kami sewa motor karena akan pergi jauh ke daerah Bantul. Yup! Kami akan pergi ke Mangunan-Dlingo. Saya sendiri di bonceng temennya A aip, kalau gak salah namanya Mas Galih(eh iyah ga ya?") A aip sendiri nge bonceng Teh neng. Dan tepat pukul 9, kami melaju ke Mangunan dengan motor yang harus ke bengkel dulu karena ban dalemnya bocor -...-
Jalan menuju Mangunan cukup ekstrem!! Jalannya kecil, berliuk,-liuk, dan juga naik-turun. Ada tanjakan yang justru hampir 45 derajat. Untungnya, kondisi aspalnya baik dan mulus. Tinggal perlu keberanian untuk mengendarai sepeda motor ke daerah sini. Kalau masih bingung Mangunan-Dlingo dimana, tempat itu merupakan di Imogiri, Imogiri, itu di Bantul, nah Bantul itu di Yogyakarta, dan Yogyakarta itu di Indonesia. Semoga kebayang ya, whe.
Setelah menempuh perjalanan yang hampir 2 jam, akhirnya kami sampai di daerah Mangunan! Kami memasuki objek wisata yang pertama yaitu Panggung Sekolah Hutan. Tiket masuknya hanya Rp.2500!! noh murah banget kan? Di tempat ini tuh adem banget dan bisa bikin betah. Karena memang suasananya yang gak bising, juga lingkunganya yang asri dan hening. Sangat cocok buat orang-orang yang lagi pengen menyendiri dan menenangkan diri.
Kami lanjutkan ke Dlingo. Menurut saya, di Objek wisata Dlingo inilah tempat yang bagus untuk berfoto-foto ria. Panorama alamnya sangat terasa hijau, terlebih lagi dilengkapi dengan fasilitas untuk berfoto. Seperti rumah pohon dan Perahu terbang. dari pada menebak-nebak seperti apa wujudnya, langsung saja saya kasih foto-fotonya whe.
Kami melanjutkan perjalanan menuju antai Parangtritis. Setelah sekitar satu jam, akhirnya kami sampai di daerah Parangtritis. Gerbangnya besar, dan kita harus bayar retribusi dulu sekitar Rp.6000/ motor. Dari Gerbang Parangtritis, kami harus melaju lagi sekitar 1 Km untuk sampai di pantainya. Tepat pukul 2 waktu setempat, kami sampai di Pantai Parangtritis.
Pasir disini lembut banget sekaligus dalem banget. Sehingga, terkadang membuat kaki sedikit cepat pegal. Karena kami datang masih siang dan itu panas banget, akhirnya kami mampir dulu di warung sekaligus makan dan ngopi. Seperti pantai-pantai yang lain, warung-warung disini memasang tarif harga yang MUAHAAL. Saya cuma makan Indomie-telor dan Aqua, saya harus mengeluarkan rupiah sebesar 15.000 . Yaudahlah yaa...
Matahari akhirnya semakin turun dari langit dan mundur malu-malu ke ufuk barat. Di momen-momen inilah kami beraksi dan bermain air. Tak lupa juga berfoto-foto ria (karena ini adalah hal wajib whe)
Pantai Parangtritis merupakan pantai yang didesain oleh Sang Pencipta dengan sangat amat menarik dan Bagus. Hanya saja sayang, pantai ini tidak diajurkan untuk berenang. Karena Ombaknya bergulung-gulung tinggi dan cepat. Di pantai ini pula, legenda besar tercipta: yaitu Kisah Nyi Roro Kidul--Ratu Pantai Selatan. Konon, apabila ke pantai ini jangan menggunakan pakaian yang berwarna Hijau.
Dari ujung timur pantai ini, ada bukit-bukit karang yang hijau. Sayangnya, saya tidak diperbolehkan masuk ke dalam bukit itu. Alhasil, kami menikmati keindahan pantai dengan berjalan-jalan di atas pasir. Pantai disini begitu amat bersih dan terjaga. Air lautnya begitu biru menyegarkan, membuat kita ingin bermain air ditengah cuaca yang terik. Berikut ini ialah potret kenangan di Parangtritis
![]() |
Sunset di Parangtritis ya di Arah barat lah |
![]() |
Inilah yang membedakan dengan pantai yang lain. Biasanya Sunsetnya ada ditengah-tengah laut. Disini, justru disamping Barat |
Di Parangtritis, kami menghabiskan waktu empat jam. Sebelum adzan magrib berkumandang, kami sudah bergegas meninggalkan pantai dan kembali ke kota Yogyakarta lagi. Perjalanan menggunakan motor dari Paangtritis ke Kota hanya 1 jam setengah. Cukup pegal namun selalu memberikan keindahan kota yang tak ada sesal.
Sebelum ke penginapan, kami mampir dulu di Alun-alun Selatan. Di malam hari, Jogja pun selalu memberikan keistimewaannya. Di tempat inilah, tempat wisata kuliner dan tempat berkumpulnya para turis untuk menikmati kota di malam hari.
Begitulah sepenggal hadiah kenangan dari Jogja untuk saya. Tanahnya yang indah dan pesonanya yang sungguh berbudaya. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi orang yang ingin berlibur tapi gak ada waktu buat berlibur, atau bagi orang yang sedang mencari referensi tempat untuk berlibur. Liburanku semester ini berakhir, dan kembali ke rutinitas semula : bertemu dengan Hutan Beton Jakarta.
Komentar
Posting Komentar