SANGIANGKU SAYANG, SANGIANGKU JANGAN MALANG.


            Sampai detik ini, aku masih meraba-raba bahwa kakiku masih berpijak di buliran pasir itu. Sampai detik ini, aku masih berangan-angan bahwa bayanganku masih tinggal di batuan pulau itu, Pulau Sangiang.

            Pulau apa itu?
            Pulau Sangiang berada di selat sunda. Bila dilihat dari peta, akan tampak bahwa pulau tersebut berada di tengah –tengah yang memisahkan antara pulau Jawa (Anyer) dan pulau Sumatera (Lampung).  Pulau Sangiang adalah satu pulau gunung api purba yang sudah tidak aktif dan kini menjadi Taman Hutan Wisata. 
           Fyi, Selat Sunda sendiri memiliki sejarah yang panjang. Jutaan tahun terjadi sampai Pulau Sumatera dan Jawa yang dulunya bersatu kini terpisah. Hal tersebut karena adanya pergerakan Lempeng di segmen Sumatera menekan lebih kuat searah dengan jarum jam, dan lempeng di Pulau Jawa bergerak melawan arah jarum jam. Sehingga, Pulau Sumatera bergerak ke atas dan pulau Jawa ke bawah. Mereka saling menjauhi. Dari kedua pulau tersebut dapat diambil maknanya, bahwa sesuatu yang dulunya menyatu, ujungnya pisah juga :'). Bukan itu kok maksudnya hehe. 
              Maksudnya, dengan adanya sejarah panjang mengenai asal-usul Selat Sunda, itu menjadikan Selat Sunda sering terkena gelombang gempa bumi. Itulah yang menyebabkan mengapa kemarin-kemarin gempa terus di Banten. terlebih lagi, dapat menyebabkan aktivitas vulkanik.

Hasil gambar untuk SELAT SUNDA PULAU SANGIANG PETA
SUMBER: Forza Ita!
            Sebenarnya, perjalanan kali ini tak cukup panjang, namun banyak kenang. Hanya tiga hari dua malam. Itu pun, di Pulau Sangiangnya hanya satu malam. Heuehu. Di hari pertama, aku bakalan nge skip-skip aja yha, ga terlalu penting juga sih wkwk.  
Perjalanan bermula pada hari Jum'at. Saat itu aku otw dari Jakarta menuju Rangkas Bitung. Dalam waktu dua jam barulah tiba di Rangkas Bitung dan langsung beli tiket KA Lokal ke Serang dengan jam keberangkatan pukul 12.40. Jadi, karena aku ngetrip bareng ayah, titik ketemunya di stasiun Serang. Karena ayah berangkat dari rumah. Sesampainya di serang, kami naik angkot menuju Cilegon. Dari Cilegon pun kami harus ganti angkot lagi menuju Anyer. Heuheu..emang the power of angkot lha yah.. akhirnya, Magrib kami sampai di penginapan.
Nah ini nih gerbang Pelabuhan Anyer Lor
Di jadwal yang sudah disusun oleh rombongan Matabumi dari Bandung, titik poin pertama ialah di Pelabuhan Paku, Anyer Lor pukul 7 pagi hari Sabtu. Pelabuhan tersebutlah yang menjadi menjadi portal antara hari-hariku penuh debu di hari yang lalu menuju hari-hari penuh angin laut. Komunitas Matabumi ialah pecinta geotrek yang melahirkan keluarga baru dan rasa persaudaraan.
Setelah sarapan di warung depan pelabuhan dan ganti baju, akhirnya pukul 8 kami menaiki perahu.  Rombongan Matabumi sangat antusias dalam hal perjalanan menjelajahi pulau Sangiang. Termasuk aku sih, wkwk. Rombongan dibagi menjadi tiga tim, yang berarti perahu pun ada tiga.
NAH PULAU YANG UJUNG SANA TUH PULAU SANGIANG

Tebak gunung apa coba?

Sepanjang penglihatan hanya berlapis-lapis biru yang terpandang. Lapisan atas pertama ialah langit cerah yang menaungi perjalanan ini, lapisan kedua ialah warna laut yang biru semakin membiru. Ialah laut dan langit terbiru yang pernah ada! Dalam waktu 45 menit, sampailah kami di tempat pertama. Yaitu Tanjung Lajo (Legon Lajo)!
Tanjung lajo ialah salah satu wahana tersurgawi di Pulau Sangiang! Bagaimana tidak, tempat tersebut merupakan teluk yang menjadi wahana untuk snorkeling. Dalam kedalam kurang lebih 3 meter, aku memberanikan diri untuk snorkeling (ala-ala)  pertama kali. Hanya dengan berbekal pelampung, kacamata, dan keberanian juga penasaran, akhirnya aku melihat pemandangan luar biasa di bawah laut.
Bunga-bunga laut di Tanjung Lajo menyambutku hangat--Terumbu karang bermekaran dan mengucap salam. Sayangnya, gak ada dokumentasi saat snorckling di bawah air heuheu. Tapi pemandangan yang tergambar pada mata, insyaallah gak akan terlupa! Ada jenis Acropora Corvinuris yang berbentuk seperti pipa-pipa silindris berkoloni berwarna coklat muda. Ada pula berjenis Acropora Elegantula yang bebentuk seperti semak dan berbentuk melebar. Cabang dari terumbu karang ini berbentuk horizontal yang menyabar serta tipis. Yang mana,  Terumbu karang ini berwarna abu-abu. Dan masih banyak lagi jenis-jenis Acropora sebagai tempat bermukimnya ikan-ikan di Tanjung Lajo (Legon Lajo).
Yha gimana yha netijen, ini udah berusaha kok :)

Waktu untuk snorkeling hanya satu jam. Selanjutnya satu persatu, kami menaiki kapal kembali dan melanjutkan perjalanan ke Pelabuhan Pulau Sangiang. Kami melewati Legon Waru yang juga merupakan tempat snorkeling. Hanya saja di situ ada beberapa bagian yang tercemar sampah. Khususnya di bagian hutan bakaunya. Sangat disayangkan memang. Keasrian Pulau ini harus tercemar hanya dengan sampah-sampah bawaan dari Pulau Jawa.


Legon Waru memang gerbang antara laut lepas dengan hutan bakau. Menuju pelabuhan, mata disuguhkan dengan Hutan Bakau yang dapat dikatakan Amazonnya Banten! Akar-akar berambat menjadi satu susunan di sebelah kiri dan kanan. Air laut yang membiru semakin dalam berubah menjadi air payau-yang campuran antara air asin dan air tawar.
Hutan Bakau yang menjadi benteng dari hempasan angin pada saat perahu berlabuh.

Kira-kira 15 menit perjalanan, akhirnya sampailah di Pelabuhan Pulau Sangiang! Pelabuhan Pulau Sangiang ialah tempat bermukimnya penduduk di pulau kecil tersebut. Hanya ada beberapa rumah panggung, satu-dua warung, balai baca, dan sebuah masjid sederhana. Dari hal tersebut menunjukan bahwa tetap ada aktivitas sosial dan ekonomi di pulau ini. 


Kami berkumpul di tempat lapang untuk briefing dan selanjutnya berjalan ke penginapan. Perjalanan menuju penginapan tidak terlalu sulit, hanya melewati jalanan setapak. Namun, karena baru pertama kali, rasanya sangat jauh.
Kami tiba di penginapan pada pukul 11 lebih. Segera kami bersih-bersih diri dan menuju kamar penginapan. Hmm jika bayangan kalian adalah sebuah villa yang besar dan terdapat banyak kamar-kamar, Salah Besar.  Penginapan tersebut sangat sederhana. Beberapa rumah panggung yang jaraknya terpisah. Kamar mandinya pun di luar dan mengandalkan sumur. Ada sih sanyo, tapi ya nyalanya kadang-kadang, Preenn. Listrik pun dinyalakan hanya pada malam hari. Hal tersebut memang dilakukan sengaja, untuk penghematan.Wahh demen nih akyu yang hemat-hematt~~ okeskip.
Setelah energi dicas kembali dengan nasi dan ayam juga sayur-mayur, kami siap-siap untuk  menjelajahi Pulau Sangiang ini. Terlebih aku, yang sudah penasaran sampai ubun-ubun. (hiperbol bet dah yha wkwk, gua Cuma mengaplikasikan materi kuliyah doang kok J )
Kalau laut lagi pasang, rawa-rawa ini tertutup bahkan sampai menutupi jalan setapak.

Hanya berbekal air minum, aku berjalan melewati rawa-rawa pada jalan setapak. Rawa-rawa tersebut sedang surut, sehingga terlihat lubang bekas kepiting di sepanjang jalan. Sehabis itu kami menanjak melewati hutan. Literally bener-bener hutan. (kutak sempat dokumentasi karena terlalu fokus dengan jalan)
Di perjalanan aku sedikit mengobrol dengan sosok yang luar biasa. Yaitu Pak Titi Bachtiar. Seorang ahli geologi dan geografi yang sering diceritakan Ayah dan banyak banget pelajaran yang dapat diambil dari kisah perjalanan hidupnya. Satu yang membuatku tambah yakin. Bahwa dengan menulis dan dikirim ke media apapun itu dapat bermanfaat untuk banyak orang. Itulah yang membuatku semakin semangat untuk menulis. Tebarkan kebaikan dan pengalaman hanya dengan menulis adalah sesuatu yang harus dipertahankan.
 

Sampai akhirnya kami sampai salah satu objek di Pulau Sangiang yang menarik. Yaitu Goa Kelalawar. Hal yang pertama tercium dalam jarak 10 meter dari bibir goa adalah bau guano. Apaan tuh? Kotoran kelalawar yang biasanya berada di dalam goa. Hanya saja, guano di gua kelalawar ini sangat bebeda dengan yang lain. Menurut prediksi, karena tercampur oleh aroma laut dan amisnya anak hiu yang berenang di perairan gua tersebut. Yap! goa tersebut ialah goa laut yang menjadi tempat bermukimnya dua makhluk hidup. Di langit-langit goa bertebangan kelalawar dan di perairan hiduplah babyshark dududu yang bewarna putih. Ketika tidak ada hantaman ombak, anak hiu pun dapat terlihat dengan mata telanjang.
Gambar terkait
baby shark dududu babyshark dududud~
Objek selanjutnya ialah Puncak Bukit Pulau Sangiang. Yang mana di puncak tersebut dapat terlihat luasnya laut, bukit-bukit lain, dan goa laut. Intinya indah. Aku kehabisan kata.

Goa laut  terjadi karena terkikisnya lapisan oleh ombak

Berdasarkna penjelasan Pak Bachtiar, Dari Pulau tersebut, jika melihat ke arah barat, terlihat tiga pulau. Yaitu Pulau Sebesi, Pulau Sebesi, dan Pulau Legundi. Bahkan, walau hanya setitik, Krakatau pun kelihatan loh. Pada tahun 1833, Krakatau meletus hebat sampai menghantam pantai di Banten dan Lampung setinggi 30 meter. Karena letusan yang dahsyat tersebut, maka banyak material letusan   di Pulau Sangiang. Bukit  biasa materialnya ialah kapur, tapi di pulau ini, materialnya ialah letusan dari Krakatau (lava dan breksi)

Spot-spot untuk mencari angle yang bagus di pulau ini pun cukup beragam. Tetapi, yang hitz ialah Bukit Harapan dan  Bukit Cinta.


 Sampai akhirnya tiba  di Pantai Pasir Panjang! Inilah spot terindah sambil menikmati matahari tenggelam dan terbit. Kalau lihat pantai ini tuh, mendadak inget Qur’an : “MAKA NIKMAT TUHAN MANA YANG KAMU DUSTAKAN”
Di pantai ini terdapat bebatuan yang biasanya digunakan untuk berfoto
(Sumber foto: T.Bachtiar)
Epic! makasih Pak Bach :)
(Sumber foto: T.Bachtiar)
Menunggu matahari turun sekitar jam 4

Ini tuh bukan langit. Ini  tuh SENI!

Foto sebelum matahari bener-bener tenggelam

YA ALLAH.. BAGUS BANGET. PERPANDUAN WARNA AQUA DAN BIRU LAUT, JUGA BUKIT YANG ADA DI TEBING SEPANJANG PANTAI. APALAGI SUASANA SUNSET YANG MENJINGGA. AHH CINTA BANGET DAKU SAMA PULAU INI.
Suasana Pagi di Pantai yang dekat dengan Penginapan
di sepanjang pantai banyak seperti ini berserakan

Ada manusia

Tiada Manusia (lebih bagus ya kalo gada orang)
Walaupun harus mengeluarkan kocek yang sangat menghabiskan uang, perjalanan dan menjelajahi salah satu pulau di Banten adalah kebanggan--sekaligus kebahagiaan. Bagi yang senang berjelejah dan melakukan trip, pulau ini sangat cocok. Karena bukan hanya tantangan yang akan di dapat, tetapi juga pemandangan. eh bukan pemandangan, tapi seni!


Gambar terkait
 TERIMA KASIH SUDAH BERKUNJUNG DAN MEMBACA :) 
              TERIMA KASIH SANGIANG, AKU SAYANG.
              AGAK RETJEH, TAPI INSYALLAH BERMANFAAT ADA ILMUNYA YHA HEHE







Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku Ingin Mati di Tulisanku Sendiri

Kata-kata Yang Berlari di Tengah Jatuh Cinta

Bermain dengan Spotify Wrapped 2024