(KISAH) SINGKAT BERUJUNG MENYEKAT.
Akhir-akhir ini, kata-katanya hanya beriak di dalam kepala, ucap hanya tertahan di pangkal tenggorokan, dan pesan hanya teriak di dalam ponsel genggam.
Ia hanya sendiri di ambang itu. Meratapi garis takdir yang dengan tega membuatnya semakin tersindir. Ia pernah memalingkan puluhan debar yang hinggap di relungnya. Namun kini, ia sendiri yang menginginkan debar itu kembali menggapai sanubarinya.
Dahulu, percakapan-percakapan hangat memberikan warna semangat dengan amat sangat. Cakap dan tawa yang terurai menjadi jalan panjang yang menghubungkannya menuju seseorang yang ia maknai sebagai sosok yang amat penting.
Namun kini, percakapan-percakapan berlangsung dingin, perlahan menghilang, dan entah akan kembali atau tidak. Ia merunggut kesepian tanpa tuan. Hubungan berbulan-bulan tanpa kepastian itu semacam malam yang tertuang di angkasa dengan sangat dini. Terlalu dini.
Padahal, masih banyak cerita yang ingin dituturkannya. Masih banyak langkah yang ingin dijalankannya. Masih banyak tanya yang ingin menemukan jawabannya. Tapi, lagi-lagi tapi. Keadaan membuat semuanya tak mungkin seperti apa yang dikehendakinya.
Ia pasrah. Sosok itu pun pasrah. Keduanya sama-sama menyerah karena sudah sama-sama lelah. Itulah perjalanan di tengah kesia-siaan. Sementara tanya semakin beranak pinak di masing-masing benak. Dan rindu semakin beradu pilu di masing-masing sendu.
"Bagaimana selanjutnya?"
Kedua manusia itu begitu naif mendekati munafik. Barangkali, terkadang cinta bekerja seperti itu.
Ia hanya sendiri di ambang itu. Meratapi garis takdir yang dengan tega membuatnya semakin tersindir. Ia pernah memalingkan puluhan debar yang hinggap di relungnya. Namun kini, ia sendiri yang menginginkan debar itu kembali menggapai sanubarinya.
Dahulu, percakapan-percakapan hangat memberikan warna semangat dengan amat sangat. Cakap dan tawa yang terurai menjadi jalan panjang yang menghubungkannya menuju seseorang yang ia maknai sebagai sosok yang amat penting.
Namun kini, percakapan-percakapan berlangsung dingin, perlahan menghilang, dan entah akan kembali atau tidak. Ia merunggut kesepian tanpa tuan. Hubungan berbulan-bulan tanpa kepastian itu semacam malam yang tertuang di angkasa dengan sangat dini. Terlalu dini.
Padahal, masih banyak cerita yang ingin dituturkannya. Masih banyak langkah yang ingin dijalankannya. Masih banyak tanya yang ingin menemukan jawabannya. Tapi, lagi-lagi tapi. Keadaan membuat semuanya tak mungkin seperti apa yang dikehendakinya.
Ia pasrah. Sosok itu pun pasrah. Keduanya sama-sama menyerah karena sudah sama-sama lelah. Itulah perjalanan di tengah kesia-siaan. Sementara tanya semakin beranak pinak di masing-masing benak. Dan rindu semakin beradu pilu di masing-masing sendu.
"Bagaimana selanjutnya?"
Kedua manusia itu begitu naif mendekati munafik. Barangkali, terkadang cinta bekerja seperti itu.
Komentar
Posting Komentar