Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2020

Puisi Paling Boljug (Boleh Juga)

Untaian yang kemarin masih terdengar basi Apalagi sampai di telinga dan matamu. Mungkin hanya berisi susunan kata yang berselimut dalam sampah-sampah usang. Sementara hari ini, kucoba lagi membuat kristal huruf yang semoga sampai  kilauan langit  ke- tujuh. Mulai kutulis pada rintikan dini hari yang menyapu pijakan kata tanah basah terhempas pasrah yang kau bawa dengan debu yang menebar dan debaran kilat pada intiku merela dengan segala pinta 'Hujan ini semakin awet saja. Banyak pula pelik yang terjadi di sini.' ujarmu di ujung sana. 'Semoga segala pelik segera mereda dengan telak' doaku di layar ini Kutemukan kata-kata asing dalam kamus, segalanya mewarna dalam kalimat puisiku tetapi, ada saja alasan untuk tak sampai pada ambangmu. 'Terima kasih, ya. kututup teleponnya"  Hingga, pada alinea terakhir, puisi ini masih taraf boleh juga, karena bukan tak memakai rasa tapi, untuk apa jika tidak ada yang baca.