Puisi Paling Boljug (Boleh Juga)

Untaian yang kemarin masih terdengar basi
Apalagi sampai di telinga dan matamu.
Mungkin hanya berisi susunan kata yang berselimut dalam sampah-sampah usang.
Sementara hari ini, kucoba lagi membuat kristal huruf yang semoga sampai  kilauan langit 
ke- tujuh.

Mulai kutulis pada rintikan dini hari yang menyapu pijakan kata
tanah basah terhempas pasrah yang kau bawa dengan debu yang menebar
dan debaran kilat pada intiku merela dengan segala pinta

'Hujan ini semakin awet saja. Banyak pula pelik yang terjadi di sini.' ujarmu di ujung sana.
'Semoga segala pelik segera mereda dengan telak' doaku di layar ini

Kutemukan kata-kata asing dalam kamus,
segalanya mewarna dalam kalimat puisiku
tetapi, ada saja alasan untuk tak sampai pada ambangmu.

'Terima kasih, ya. kututup teleponnya" 

Hingga,
pada alinea terakhir,
puisi ini masih taraf boleh juga,
karena bukan tak memakai rasa
tapi,
untuk apa jika tidak ada yang baca.








Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku Ingin Mati di Tulisanku Sendiri

Kata-kata Yang Berlari di Tengah Jatuh Cinta

Bermain dengan Spotify Wrapped 2024