Review dan Penjelasan film I'm Thingking of Ending Things, Benarkah Bikin Pusing?
Gotcha!
Akhirnya aku blogging kembali dengan mereview salah satu film di Netflix yang baru tayang akhir-akhir ini! Film tersebut ialah I'm Thingking of Ending Things yang digarap oleh Charlie Kaufman.
fyi, film IToET merupakan alih wahana dari buku dengan judul yang sama. Penulis buku tersebut ialah Ian Reid, seorang penulis asal Inggris yang meraih penghargaan sebagai salah satu buku terbaik National Public Radio pada tahun 2016.
Film ini dicanangkan oleh sutradaranya sebagai film horor. Benarkahh? Lho, kok banyak yang bilang malah bikin pusing dibanding bikin takut? Yuk, mari kita simak.
ANTARA HOROR DAN SUREAL
Jika kamu masih memiliki pandangan bahwa horor ialah harus yang ada hantunya, mungkin, kamu merasa kecewa dengan I'm Thingking of Ending Things. Secara keseluruhan, film ini tidak ada sama sekali hantu, dedemit, jin, dan tetek bengeknya. Lho, tapi kok sutradaranya bilang ini film horor? Ya suka-suka sutradaralah. ee maksudnya ga gitu, gak gitu. Aku bakal bahas satu persatu, tapi mungkin kenalan dulu yuk sama alur ceritanya.
Di awal kamu akan diperlihatkan dengan adegan seorang wanita bernama Lucy yang dijemput pacarnya bernama Jake untuk menemui orangtua Jake di pedesaan. Aku sih seneng ngeliat scene awal Lucy pertama kali nunggu Jake sambil diperlihatkan rintik-rintik salju yang turun. Bagus sinematografinya! heueheu
Lalu di perjalanan mereka mengobrol seperti biasa pasangan lainnya, namun seringkali Lucy berpikir dan terus berpikir untuk mengakhiri hubungan. Sampai pembahasan tentang kematian, manusia, fisika, dan bahkan puisi menjadi topik pembicaraan mereka berdua di dalam mobil. Kamu mungkin gak akan menemukan lelucon di perjalanan mobil seperti di Tilik dengan Bu Tejo dkk. Karena di sini, memang ditampilkan secara penuh sekitar 30 menit di dalam mobil yang 'agak ngebosenin', tapi sebenarnya cukup berarti.
![]() |
Jake dan Lucy di dalam mobil |
Seringkali juga diperlihatkan seorang lelaki tua cleaning service yang berada di sekolah. CS ini adalah clue pertama yang bisa menguak film ini tentang apa sih.
Lucy dan Jake akhirnya sampai di rumah Jake. Di sinilah seringkali sureal mulai muncul di hadapan penonton. Lucy bertemu dengan orang tua Jake seperti bagaimana mau bertemu calon mertua. Tapiii mungkin, kamu akan merasa bingung, ketika Lucy melihat foto Jake waktu kecil yang sama seperti dirinya, orang tua Jake yang tiba-tiba muda, lalu tiba-tiba kembali tua, dan bagaimana Lucy menemukan lukisan-lukisannya tergeletak di basement rumah Jake.
![]() |
Ibu Jake yang diperankan oleh Toni Collette |
Seperti mimpi, adegan-adegan tersebut menjadi tanda tanya besar juga bagi Lucy. Namun, ia sedikit tidak memedulikannya, karena yang ia tahu ia hanya ingin pulang dan keluar dari rumah tersebut. Dengan scene tone yang selalu warna biru di filmnya, kamu mungkin mulai merasa ngeri-ngeri sedep. Apalagi adegan-adegan orang tua Jake yang tingkah dan perilakunya sedikit mencurigakan. Itulah mengapa, film ini disebut sebagai psychological thriller dan horror.
Akhirnya, mereka pun pulang. Di perjalanan pulang, justru semakin menambah ketegangan.Salju semakin lebat dan langit semakin gelap. Mereka terus beradu mulut untuk segera pulang tetapi Jake seolah mengulur waktu dan malah mampir ke tempat ice cream dan juga sekolah. Adegan sekolah itu lah yang menjadi kunci.
Aku sempat tertipu bahwa tokoh utama dalam film ini ialah Lucy. Namun, ternyata tokoh utama dalam film ini ialah Jake. Seperti kata Stanton dalam teori kajian fiksi, kemunculan tokoh utama ialah selalu hadir di sepanjang alur. Jake ialah tokoh utama yang berpikir dengan kontemplasi-kontemplasinya. Jake si Cleaning service dan Jake yang sedang bersama Lucy. So, Jake si Cleaning Service adalah penggambaran Jake di masa tua.
Namun, apakah Lucy juga hanyalah pikiran Jake?
Aku sih mikirnya ialah benar, bahwa Lucy sendiri ialah Jake. Karena, dari lukisan-lukisan yang ada di basement, serta foto yang tertempel di rumah Jake, hal itu mencirikan bahwa Lucy ialah Jake. Apalagi pada saat makan malam bersama orang tua, si Ibu nya bilang bahwa dulu Jake juga senang melukis.
PREMIS CERITA: KEGAGALAN DIRI SENDIRI
Walau bikin bingung, film ini sesungguhnya menawarkan premis cerita yang menarik. Yaitu tentang kesendirian yang berujung kepada kegagalan yang dialami seseorang.
Jake dulunya pun orang yang pintar, namun karena tidak pandai bergaul, justru ia berakhir sebagai cleaning service di masa tua. Pada saat kecil, ia sering di-bully oleh teman-temannya, maka dari itu, ia tidak memiliki cukup banyak teman. Hal tersebut dikatakan langsung oleh Ibunya pada saat makan malam.
Lho lho namun di akhir film, kok Jake mendapatkan penghargaan?
Justru itu ialah pikiran Jake sendiri. Itu adalah impian-impiannya, yang mana ia mendapatkan penghargaan, dikelilingi oleh orang yang disayang, dan juga diakui keberadaannya oleh orang-orang. Tetapi, justru kenyataannya ialah hidupnya berakhir hanya sebagai cleaning service. Lalu sedangkan Jake sendiri sebenarnya kemana?
Saat adegan di sekolah, terdapat adegan menari, antara Jake muda, Lucy, dan Jake Cleaning Service. Awalnya aku pun bingung, kenapa ni mereka nari yakk. Setelah di rewatch, ternyata hal tersebut adalah penggambaran tentang bagaimana Jake membunuh diri Jake sendiri. Jake cleaning service memisahkan Lucy dan Jake yang menari lalu seolah membunuh Jake muda. Itulah yang menggambarkan bagaimana Jake si cleaning service sesungguhnya membunuh pikiran dirinya sendiri. Heummm untung aku kuliah semiotika sehingga bisa menganalisis tanda atau simbol :")))))
Jake menyudahi hidupnya pula dengan hipotermia di mobil lalu mencoba keluar dari mobil dengan bertelanjang menyusuri lorong sekolah sambil bermonolog dan dituntun dengan animasi seekor babi. Absurd bukan? Sebelumnya, ia seperti bergulat dengan pikiran dan masa lalunya, saat orang tuanya sering bertengkar, bagaimana potensinya sebagai pelukis tidak didukung, tentang kehidupan masa kecilnya, juga tentang kesendiriannya.
"Kau menerima situasimu, tetap optimis, melanjutkan hidupmu. Kau tak perlu khawatir. Aku selalu menyukainya. Ada kebaikan di dunia, kau tahu? kau harus cari, tapi ada. Bahkan sekarang. Bahkan sebagai hantu. Bahkan sebagai memori. Sebagai debu. Kau juga. Kau, aku, ide. Kita semua sama."
CONCLUSION
I'm Thingking of Ending Things memang bukan film biasa yang bisa kamu nikmati dengan ketawa-ketiwi, tapi sesungguhnya film ini bisa bikin kamu mikir. Dengan mengangkat hal yang penting pada diri kita, yaitu kesendirian dan kegagalan hidup, maka film ini pun menjadi refleksi diri kepada kita semua. Bahwa hal-hal yang kita pikirkan bisa menggila dan justru merusak diri kita sendiri.
Bagi yang sudah nonton, bagaimana pengalamannya? Boleh yuk diskusi di kolom komentar. Bagi yang belum nonton, mungkin lebih baik kamu menontonnya saat mood sedang bagus dan tidak cape, agar tidak bosen dan ketiduran xoxoxo.
Komentar
Posting Komentar