Kau Harus Tahu Luka untuk Mengenal Darah

Baginya membuat puisi patah hati adalah keahlian yang sangat ia tekuni. Ia menerima semua rasa sakit tersebut dan berlarut-larut di dalamnya untuk membuat bait demi bait-- yang sebenarnya tak pernah aku mengerti. “Kamu gak suka baca, Vito. Makanya kamu gak ngerti,” pernah suatu hari ia mengucapkan hal tersebut. Aku hanya menyeringai tipis. Ucapannya tersebut sebetulnya salah. Aku mengerti apapun yang ia tulis, aku tau semua perasaan yang ia punya dari kalimat-kalimat itu. Namun, aku tak habis pikir dan terus bertanya di otakku, untuk apa perempuan seceria itu terus menerus membuat puisi sedih yang sebenarnya banyak hal bahagia yang ia tangkap. Pertemanan kami sudah berjalan lebih dari 12 tahun, sejak kami bersama duduk di bangku sekolah dasar. Aku sebagai murid pindahan di kelas 5 terpaksa harus mengejar ketertinggalan dan dipasangkan dengan Alaia, murid terajin di kelas. Hingga dari waktu ke waktu aku selalu berada di sisinya, bahkan sampai kami mempunyai kekasih masing-masing di...