Hari Ketika Aku Ingin Berhenti Menulis

 Jika satu minggu ada tujuh hari, maka seluruh hari itu aku pakai untuk menulis; menulis langit biru yang mengabu, bunga kecil tumbuh menantang matahari, tikus-tikus yang mencuri diam-diam keju di dapur ibuku, atau pekerja-pekerja kota yang tertawa di tengah tumpukan laporan menggila.

Tetapi, ada hari-hari di mana aku ingin membanting laptop dan menghentikan ketikkan jemariku pada papan tik. Tapi, hal itu memang percuma. Nyatanya, aku harus selalu menulis karena itu pekerjaanku. Atau mungkin aku hanya ingin berbaring, tanpa mengetikkan satu kata pun. 

Di sisi lain, kepalaku penuh dengan ide-ide yang tak tertuliskan, mereka selalu memaksakku mengetikkan hal-hal yang sebenarnya tak pernah bisa kubendung. Aku jadi ingin menyalahkan kepalaku, berisik tapi tetap menyuruhku untuk mengetik meski aku sudah tidak ada daya. 

Aku jadi teringat, "Ide memang selalu muncul dari mana saja, tak heran kau akan menemukannya lagi kapan pun dan apapun," ujar salah satu penulis yang kutemui saat peluncuran bukunya.

Tetapi, saat ini, aku memang tak ingin ada ide. Aku tak ingin menulis. Aku berencana berhenti menulis. Hari ini, aku mendeklarasikannya. Tetapi apa lagi yang bisa kulakukan selain menulis?




NB: Tulisan akan diubah berdasarkan syarat dan ketentuan yang berlaku


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku Ingin Mati di Tulisanku Sendiri

Kata-kata Yang Berlari di Tengah Jatuh Cinta

Bermain dengan Spotify Wrapped 2024