Saat Langkah lupa Menghapal Arah
Untuk pertama kalinya, aku enggan untuk pulang Setelah menjadi karib, aku dan hiruk pikuk bandara berpelukan peluhku menghilang diganti dengan sekelumit benang di kepala Temu yang harus tertunda waktu atau gemuruh di balik awan yang rasanya mengudara rangkaian momen manis rasanya hanya menjadi tulisan-tulisan setengah jadi, terhenti Barangkali memang kuasa memaksa kita untuk melupakan titik ini mengganti dengan rangkaian kalimat baru--yang sebelumnya bersembunyi pada bahasa ibu dan jika bisa ditulis ulang, aku hanya ingin berpulang pada satu kalimat yang selalu engkau baca berkali-kali, ‘sampai ketemu lagi,’