Sebuah Utopia
Rintikan hujan kali ini seperti telah terjadi sebelumnya . Apakah sebuah de javu?, pikirku. Bulir-bulir air menuruni bumi dengan anggun tak terkira. Membasahi bumi yang dipijaki. Sedangkan orang itu tetap berdiri di tengah rintikann hujan dengan kepala menghadap kelangit. Kamu membiarkan bulir-bulir air membasahi wajahmu. Tak akan ada yang mengetahui mana air hujan dan air yang keluar dari kelopak mataku , pikirmu. Matamu terkatup rapat seakan-akan dunia ini akan jatuh seketika . Apa kau tengah memadamkan kobaran api asmaramu dengan rintikan hujan, wahai pemabuk cinta? Rasakan panasnya kobaran asmara yang kau buat sendiri lalu kau kobarkan dengan sembrono, dan kini kau menanggung akibatnya. Sebelumnya aku pernah melihatmu termenung sendirian. Menatap kosong ke suatu sudut. Matamu tak jelas melihat apa, tetapi pikiranmu menuju ke suatu fokus. Memutar lagu yang itu-i...