Perihal Ikhlas
"IKHLAS ITU SEPERTI SURAT AL-IKHLAS. TIDAK ADA KATA IKHLAS DISETIAP AYATNYA. TIDAK TERUCAP DAN TIDAK TERCETAK"
Setelah membaca kalimat itu.. sungguh aku teringat pelajaran terpenting dalam hidup tempo hari.
Siang itu suasana kelas sangat ramai. wajar, guru BK (Pak Asep) sudah tidak lagi mengajar. ada yang bermain gitar, ngobrol, ketawa-ketiwi bahkan selfie. Ditengah kekacauan dan kekonyolan kelasku, tiba-tiba guru BK pengganti memasuki ruangan kelas. sontak, teman-teman yang lain sigap kembali ke tempat duduknya masing-masing. walaupun begitu, wajah-wajah kecewa dari teman-teman tetap terlihat jelas.
"Haahh.. pake ada guru segala"
"Ih.. yaeelaah!!"
celotehan-celotehan kecil seolah mampir ke telingaku. Aku.. sungguh benar-benar tak peduli. yang kupedulikan hanyalah.. buku catatan BK ku benar-benar kosong pada semester ini.
Tak seperti biasanya, Bu Ucu memasuki ruangan kelas pada pelajaran BK. Walaupun ia juga sebenarnya Guru BK, tapi belum pernah memberikan pelajaran di kelasku. Pada awalnya memang membosankan. Hanya berbincang tentang pelajaran BK yang jarang sekali dibimbing guru. tetapi, pada menit berikutnya, obrolan Bu Ucu menarik perhatianku dan teman-teman yang lain.
Tentang satu kata yang memberikan kesederhanaan
Tentang satu kata yang menumbuhkan kedewasaan
Tentang satu kata yang menciptakan kedamaian
"Apa kalian tahu sistematika Ikhlas?"
Teman-teman yang lain dan termasuk aku kebingungan dan mencoba menebak-nebak. Namun, tak ada yang mengetahui, dan yang terucapkan hanyalah kata 'Nggak' secara serentak beserta gelengan kepala. Lalu lengan Bu Ucu menggerakan spidol diatas papan tulis, dan yang tertera ialah:
PEMBERIAN = HASIL
HARAPAN
"Ikhlas ada 3 faktor: Memberi, Harapan, dan Hasil. Coba lihat! jika kita memberi 1 dan berharap 10. berapa hasil yang akan didapat?"
Bu Ucu menuliskan angka d papan tulis :
1 : 10 = 0,1
"Nah kalau kita memberi 1 dan berharap 1.. berapa Hasil yang didapat?"
Serentak Aku dan teman-teman yang lainnya mengucapkan "Satu.."
1:1= 1
"Dan yang terakhir.. jika kita memberi 1 dan berhaarap 0, berapa hasilnya?"
Kembali kami serentak mengucapkan "Tak terhingga..!!"
Setelah membaca kalimat itu.. sungguh aku teringat pelajaran terpenting dalam hidup tempo hari.
Siang itu suasana kelas sangat ramai. wajar, guru BK (Pak Asep) sudah tidak lagi mengajar. ada yang bermain gitar, ngobrol, ketawa-ketiwi bahkan selfie. Ditengah kekacauan dan kekonyolan kelasku, tiba-tiba guru BK pengganti memasuki ruangan kelas. sontak, teman-teman yang lain sigap kembali ke tempat duduknya masing-masing. walaupun begitu, wajah-wajah kecewa dari teman-teman tetap terlihat jelas.
"Haahh.. pake ada guru segala"
"Ih.. yaeelaah!!"
celotehan-celotehan kecil seolah mampir ke telingaku. Aku.. sungguh benar-benar tak peduli. yang kupedulikan hanyalah.. buku catatan BK ku benar-benar kosong pada semester ini.
Tak seperti biasanya, Bu Ucu memasuki ruangan kelas pada pelajaran BK. Walaupun ia juga sebenarnya Guru BK, tapi belum pernah memberikan pelajaran di kelasku. Pada awalnya memang membosankan. Hanya berbincang tentang pelajaran BK yang jarang sekali dibimbing guru. tetapi, pada menit berikutnya, obrolan Bu Ucu menarik perhatianku dan teman-teman yang lain.
Tentang satu kata yang memberikan kesederhanaan
Tentang satu kata yang menumbuhkan kedewasaan
Tentang satu kata yang menciptakan kedamaian
"Apa kalian tahu sistematika Ikhlas?"
Teman-teman yang lain dan termasuk aku kebingungan dan mencoba menebak-nebak. Namun, tak ada yang mengetahui, dan yang terucapkan hanyalah kata 'Nggak' secara serentak beserta gelengan kepala. Lalu lengan Bu Ucu menggerakan spidol diatas papan tulis, dan yang tertera ialah:
PEMBERIAN = HASIL
HARAPAN
"Ikhlas ada 3 faktor: Memberi, Harapan, dan Hasil. Coba lihat! jika kita memberi 1 dan berharap 10. berapa hasil yang akan didapat?"
Bu Ucu menuliskan angka d papan tulis :
1 : 10 = 0,1
"Nah kalau kita memberi 1 dan berharap 1.. berapa Hasil yang didapat?"
Serentak Aku dan teman-teman yang lainnya mengucapkan "Satu.."
1:1= 1
"Dan yang terakhir.. jika kita memberi 1 dan berhaarap 0, berapa hasilnya?"
Kembali kami serentak mengucapkan "Tak terhingga..!!"
1:0 = ∞
"Jadi.. Ikhlas itu akan bermanfaat dan memberikan keuntungan yang besar jika ketika memberi tak mengharapkan apapun. Karena memang hakikatnya begitu. Kita bisa belajar ikhlas melalui sistematika ini.."
Kelas mendadak berubah menjadi sepi. Ucapan Bu Ucu seperti menyerap langsung ke otak-otak kami. Pelajaran ini sangat berharga. Karena hati, jiwa, serta pikiran tidak akan seimbang jika kita tidak 'Ikhlas'. Bel tanda ganti pelajaran berbunyi, Bu Ucu kembali keluar ruangan setelah berhasil membuat kami tertegun panjang di bangku masing-masing.
Komentar
Posting Komentar