(CERPEN) Kisah Pengemis dan Permohonannya



                Pada zaman dahulu, hiduplah seorang pria miskin. Ia tidak mempunyai rumah untuk tempat tinggal, dan akhirnya ia menjadi seorang pengemis di kotanya. Hidupnya begitu melarat. Setiap hari, ia tak berhenti-hentinya mengeluh. Menurutnya, Tuhan tidak adil kepadanya. Ia diberikan nasib yang begitu buruk.
                Suatu hari, ketika ia sedang menghitung uang hasil mengemisnya di pojok toko bangunan yang sudah tak terawat, ia menemukan botol kaca yang dihiasi oleh permata warna-warni. Pengemis itu heran, siapa yang membuang botol secantik ini? Jika dijual, pasti harganya sangat mahal. Dan ia bisa menjadi kaya raya. Pikir pengemis itu. Tanpa ragu, ia mengambil botol kaca tersebut.
                Saat  membuka penutup botol, tiba-tiba keluar asap yang mengebul. Sontak, pengemis itu kaget. Ia melemparkan botolnya ke arah tembok. Kagetnya lagi, ia melihat makhluk yang tinggi besar, dan kini berada di hadapannya.
“Terimakasih, anda telah mebebaskan saya. Sekarang, sebagai balas budi. Saya akan memberikan anda tiga permintaan. Silahkan.” Jawab makhluk aneh tersebut berbaik hati.
                Pengemis itu memikirkan sesuatu. Kini, kesempatan telah datang. Sempat, ia melirik ke arah jalanan. Ia melihat, seseorang yang memakai pakaian yang rapi dan bersih, membawa uang yang banyak, dan diantar dengan kuda. Sepertinya, ia seseorang saudagar  yang kaya raya.
“Aku ingin menjadi itu” Penegemis itu menunjuk pria yang berpakaian rapi.
                Makhluk yang ternyata jin baik itu mengambulkan permohonan pengemis. Seketika pengemis itu telah menjadi seorang pengusaha yang kaya raya. Hartanya berlimpah ruah. Tetapi, ia kaget dengan usahanya yang tidak mengalami kemajuan. Karena, ia tidak mengerti berbisnis. Akhirnya, hartanya, dan uangnya pun habis dengan singkat.
                Ia lalu berfikir, “Sepertinya enak kalau saya menjadi raja. Semua orang menuruti apa yang saya perintahkan, apa yang saya mau pasti dikabulkan, dan juga hartanya lebih banyak dari seorang saudagar...”   Lantas ia memanggil-manggil jin. Jin pun mengerti apa yang ia maksud dan jin itu telah menjadikan pengemis tadi menjadi seorang raja.
                Pengemis itu memakai jubah khas kerajaan dan juga mahkota raja. Awalnya ia bisa bersenang-senang dengan permohonannya menjadi seorang raja tersebut terwujud. Tetapi, kelamaan ia  bosan menjadi seorang raja.
“Aku tidak mengerti. Ternyata menjadi seorang raja itu mempunyai tugas yang berat. Aku harus mengurus seluruh wargaku. Aku tak mau mempunyai tugas yang berat.  Aku tidak mau menjadi raja lagi!” ujarnya sambil berkaca di cermin kamarnya.


                Lantas, pengemis itu memanggil-manggil jin lagi. Tetapi, jin tak langsung datang mengabulkan permohonannnya. Pengemis yang sudah menjadi raja itu kesal terhadap jin. Karena, kini ia harus menyelesaikan masalah yang sedang terjadi di kerajaannya yaitu, adanya pemberontakan yang terjadi di wilayah kerajaannya.  Dengan pikiran yang tidak jernih, ia turun ke medan perang untuk menumpas pemberontak. Namun sayang, prajurit-prajurit yang dimilikinya tidak sanggup melawan pemberontak. Hingga akhirnya, kerajaannya di rebut oleh para pemberontak.
                Kini, ia sudah tidak menjadi seorang raja lagi. Ia sudah tdak mempunyai istana yang megah, pelajan-pelayan yang mengerjakan semua perintannya dan mahkotanya pun sudah tidak berada di kepalanya lagi. Hidupnya, menjadi gelandangan lagi lengkap dengan pakaian lusuh. Ia merenung di pojok  emperan.
Tiba-tiba datanglah jin lagi.  Pengemis itu kaget.Tanpa pikir panjang  ia malah memarah-marahi jin, yang datangnya sangat telat.
“Dasar manusia serakah, apapun harus dituruti tanpa mau berusaha..” cibir jin tersebut
“Apa kamu bilang?” pengemis itu menantang.
“Tidak.. tidak., Tuan.  Tuan masih memiliki satu permintaan,” ujar jin tersebut ramah.
                Pengemis tersebut malah terduduk melemah. Tekanan daarahnya yang meninggi perlahan menurun.
“Aku ingin hidup tenang di suatu tempat. apa kau bisa mengabulkannya?” ujar pengemis itu dengan lirih.
“Tentu saja Tuan.”
                Jin tersebut mengabulkan permohonan pengemis. Kini, Pengemis itu telah hidup di surga nan abadi. Ia senang hidup di sana. Apapun yang ia inginkan selalu ada dan langsung terpenuhi. Hidupnya damai dan sejahtera, tanpa ada masalah yang dihadapi.
                                                                                *****************
                Sekelompok orang mengerumuni Toko Bangunan tersebut. Melihat ada seseorang yang telah meninggal membusuk. Rambutnya acak-acakan seperti orang kesetrum dan pakaiannya yang lusuh juga kecoklatan. Tubuhnya kecil, seperti kekurangan makanan. Tangannya memegang botol kaca permata.
                Rupanya sudah seminggu mayatnya tergeletak di depan toko yang sudah tutup. Walau pun ia merasa senang telah hidup  tenang, ia tak mengetahui betapa mengenaskannya badannya di yang ada di dunia.
               


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku Ingin Mati di Tulisanku Sendiri

Kata-kata Yang Berlari di Tengah Jatuh Cinta

Bermain dengan Spotify Wrapped 2024