Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2019

(PUISI) Tolong, hentikan.

Sepanjang renggang yang tertempuh, imaji-imaji terkutuk mengetuk kesadaranku. Menawarkan berbagai macam cara mecinta. Fana yang bertabur selepas sepi, menggantung pada pikiran berujung jantung: jantung. Masa habis. Harapan terkikis. Doa-doa mati tertelan sunyi. Janji swara mengabu; menjadi abu. Kata-kata menjadi lapar dan aku tertampar pada nyata yang terdampar. Angan melahap habis aku tanpa baju. Melalui inginku, memanfaatkan instingku. Waktu berlagak maju. Detik melambat dan aku tertambat: pada pilihan-pilihan, pada angan-angan,  pada kesenangan-kesenangan, pada kesakitan-kesakitan, pada Lagu-lagu cinta yang menguras kewarasan. Mimpi yang terlahir di lumbung musim, membawaku ke sebuah adegan dimana ku menemukan diriku tertatih-tatih memuja, tanpa letih. Suatu adegan tragis untuk perempuan selain menangis. Lalu mimpi yang kubuka di balik jendela itu pun menyapa. Semakin lama, semakin tajam, kelam, dan aku sungguh tertelan. Telan. Perasaan menggebu untuk siapa, aku tak tahu...

(PUISI) ALEGORI

Wewangian menjadi tajuk utama yang diringi kerlingan pagi, rumpun embun, dan sisa mimpi selepas sepi. Jauhmu di utara melepas jatuh, dekatku di selatan melesap pelan. Abjad dalam rahim menjadi hela yang telah membagi: mana waktu yang berangkat pulang atau semu yang bersingkat lapang. Hari berlumbung musim. Rasamu terbaca di angkasa, terkirim pada langit yang tak menua. Kasih terlahir pada ribuan abad, puisi tercipta pada ribuan bait. Jejak langkah membawaku ke sebuah arah: muaramu. Hari berlambung asa. detik-detik pencarianku menawar rupa-rupa warna. entah jingga, biru, atau kelabu: jalan setapakmu tetap kutuju Hari bercerita purna. Waktu berjinjit pasrah. Titik dan koma yang kau baca, tak pernah istirah. istirah. Lelah hanya ingin yang membawamu pada ingin. Sedangkan aku, hanya tuai yang merindumu buai. -Maret 2019. 22:56

(KISAH) PERJALANAN KERETAMU

Serupa ratusan orang di kereta ketika jam pulang, ada ratusan masalah juga di  kepala mereka yang mengharap lapang. Setiap orang pasti berebut tempat duduk--atau minimal tempat strategis-- untuk mengistirahkan masalah, kesedihan, kepenatan, serta kelelahan yang sudah mereka tahan di hari ini dan bahkan hari-hari yang lalu. Tak jarang, banyak orang yang langsung tertidur, karena dengan tidur masalah akan terasa mundur. Walau sebenarnya, mereka pun tahu, tak ada kata selesai dari sebuah aktivitas bernama 'tidur' Lain halnya dengan orang yang tidak kebagian tempat duduk. Mereka akan berdiri sambil tangan menggantung, atau bahkan tak perlu mengulurkan tangannya, karena desak-desakan bisa membuat mereka berdiri tanpa perlu pegangan. Mereka akan sibuk--lebih tepatnya pura-pura sibuk-- dengan mendengarkan lagu, buka handphone, menonton macro.id , atau bahkan bengong ke luar jendela sambil berharap ada penumpang yang turun dan akhirnya kebagian tempat duduk. Masalah yang tertelan...