(Puisi) Nukilan Pertemuan
Sepulang temu kala itu,
langkah bergemerisik di antara sepatu dan aspal, kamu mungkin akan semerbak lebar, melepas bayang senyum yang kamu simpan sebagai mentari dan hujan.
Tatap yang terjalin adalah harap yang tergantung pada langit-langit.
Suaka angkasa membelai jantungmu hingga jatuh, berkali-kali, tanpa henti.
Detaknya kau aminkan sebagai nadi yang membanjiri darahmu ke segala sisi.
Hingga kau tak menyadari: bahwa cinta membentang pasrah dan melekang arah.
Sepulang temu kala itu, cakap menjadi jalan panjang yang kau temukan sebagai sua. Dekap dan lekat di ambang simpang menjelma rima yang kau nyanyinkan; dengan nada yang keluar dari matanya, dengan irama yang menyeruak dari ciptanya.
Hingga kau menyadari: bahwa semestamu memang untuknya.
Nb: ditulis untuk orang-orang yang baru bertemu dengan semesta hatinya.
langkah bergemerisik di antara sepatu dan aspal, kamu mungkin akan semerbak lebar, melepas bayang senyum yang kamu simpan sebagai mentari dan hujan.
Tatap yang terjalin adalah harap yang tergantung pada langit-langit.
Suaka angkasa membelai jantungmu hingga jatuh, berkali-kali, tanpa henti.
Detaknya kau aminkan sebagai nadi yang membanjiri darahmu ke segala sisi.
Hingga kau tak menyadari: bahwa cinta membentang pasrah dan melekang arah.
Sepulang temu kala itu, cakap menjadi jalan panjang yang kau temukan sebagai sua. Dekap dan lekat di ambang simpang menjelma rima yang kau nyanyinkan; dengan nada yang keluar dari matanya, dengan irama yang menyeruak dari ciptanya.
Hingga kau menyadari: bahwa semestamu memang untuknya.
Nb: ditulis untuk orang-orang yang baru bertemu dengan semesta hatinya.
Komentar
Posting Komentar