Postingan

Menampilkan postingan dari 2024

Bermain dengan Spotify Wrapped 2024

Gambar
  Daftar nama yang kamu kenali ada di sana beberapa diantaranya mungkin sudah kamu temui di panggung pesta besar miliknya yang kamu hasilkan dari jerih payah lembur sampai dua pagi terapi yang memberikanmu endorfin tapi tetap saja patahmu tetap dibawa mati Deretan top artists yang (masih) membual tentang perasaan menjual lagu-lagu yang membuat kupingmu berdendang, mata yang kehujanan, serta mulut yang merindukan manisnya cinta  di tengah hiruk pikuk dunia yang membuatmu muak Meski sekadar kata, kamu terbawa ke dalamnya alunan musik yang sebenarnya sama hanya berbeda susunan tangga nada di sela-selanya kamu berjingkrak tanpa takut kakimu goyah kembali pada jeritan-jeritan suara masa lampau, yang kau tanam di lagu yang kau simpan Barangkali memang benar kamu menginginkan suaramu sendiri tercurahkan tanpa perlu menulis berlembar-lembar puisi hingga orang-orang menyadari bahwa lagu-lagu ini adalah suara kamu sendiri

Aku Ingin Mati di Tulisanku Sendiri

Gambar
Aku mengamini semua hal yang membuatku berdiri hingga hari ini. Karena katanya, hari-hari baik terhitung saat kita pertama kali membuka mata. Apalagi di tengah hilir mudik kekacauan dan lengahnya diri,  aku tetap bisa membaca satu per satu buku di rak panjang hidup. Memang tak sepenuhnya aku menyukai lembar demi lembar itu, adakalanya aku ingin merobek segala tangis yang ada di dalamnya.  membakar sisa-sisa kesedihan yang bersarang dan melerai sesak di penghujung debu Bahkan aku ingin mati, setidaknya di tulisanku sendiri.  Tapi ternyata di lembar berikutnya aku percaya,  dunia telah menuangkan tinta meski kita tak tahu esok akan seperti apa.  Kita hanya bisa berjalan tanpa perlu bertanya 'mengapa' Barangkali hidupmu juga. Aku mengamini hal-hal baik untukmu pula.

Hari Ketika Aku Ingin Berhenti Menulis

 Jika satu minggu ada tujuh hari, maka seluruh hari itu aku pakai untuk menulis; menulis langit biru yang mengabu, bunga kecil tumbuh menantang matahari, tikus-tikus yang mencuri diam-diam keju di dapur ibuku, atau pekerja-pekerja kota yang tertawa di tengah tumpukan laporan menggila. Tetapi, ada hari-hari di mana aku ingin membanting laptop dan menghentikan ketikkan jemariku pada papan tik. Tapi, hal itu memang percuma. Nyatanya, aku harus selalu menulis karena itu pekerjaanku. Atau mungkin aku hanya ingin berbaring, tanpa mengetikkan satu kata pun.  Di sisi lain, kepalaku penuh dengan ide-ide yang tak tertuliskan, mereka selalu memaksakku mengetikkan hal-hal yang sebenarnya tak pernah bisa kubendung. Aku jadi ingin menyalahkan kepalaku, berisik tapi tetap menyuruhku untuk mengetik meski aku sudah tidak ada daya.  Aku jadi teringat, "Ide memang selalu muncul dari mana saja, tak heran kau akan menemukannya lagi kapan pun dan apapun," ujar salah satu penulis yang kutemui s...

Kau Harus Tahu Luka untuk Mengenal Darah

Gambar
Baginya membuat puisi patah hati adalah keahlian yang sangat ia tekuni. Ia menerima semua rasa sakit tersebut dan berlarut-larut di dalamnya untuk membuat bait demi bait-- yang sebenarnya tak pernah aku mengerti. “Kamu gak suka baca, Vito. Makanya kamu gak ngerti,” pernah suatu hari ia mengucapkan hal tersebut. Aku hanya menyeringai tipis. Ucapannya tersebut sebetulnya salah. Aku mengerti apapun yang ia tulis, aku tau semua perasaan yang ia punya dari kalimat-kalimat itu. Namun, aku tak habis pikir dan terus bertanya di otakku, untuk apa perempuan seceria itu terus menerus membuat puisi sedih yang sebenarnya banyak hal bahagia yang ia tangkap. Pertemanan kami sudah berjalan lebih dari 12 tahun, sejak kami bersama duduk di bangku sekolah dasar. Aku sebagai murid pindahan di kelas 5 terpaksa harus mengejar ketertinggalan dan dipasangkan dengan Alaia, murid terajin di kelas.  Hingga dari waktu ke waktu aku selalu berada di sisinya, bahkan sampai kami mempunyai kekasih masing-masing di...

Seperti Dadu, Pernikahan Adalah Judi

Gambar
  Aku membayar hidupku untuk perkawinan ini. Di sepanjang langkahku, aku berpikir bahwa tujuan hidupku adalah memakai kebaya putih dengan siger sunda, menunggu lelaki yang mengucapkan ijab, melahirkan dan mendidik buah hati yang memang diinginkan suamiku. Tak ada keinginan untuk hal lebih seperti teman-temanku yang lain, pergi ke luar kota, dan mengejar mimpi mereka. Karena rasanya aku tak punya itu. “Keinginan menikah juga adalah keinginan,” ujarku pada teman-temanku yang lain saat mereka mengingatkanku untuk berpikir ribuan kali untuk menikah. Di usia menginjak 22 tahun, aku tahu apa yang aku mau. Setelah menuntaskan sekolah menengah dan bekerja di salah satu minimarket desa, rasanya aku tak punya energi yang banyak lagi untuk diri sendiri. Saat bertemu dengan seseorang hanya beberapa bulan, aku memantapkan hati untuk bertaruh pada pernikahan. Tetapi, mereka tidak tahu alasan sesungguhnya aku berjudi banyak di atas nota pernikahan: aku harus keluar dari keluarga yang membesarkank...