Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2017

Kentang Goreng dan Minggu Sore

Bertemu dengan Bulan Maret kembali. Bertemu dengan akhir minggu kembali. Bergegas menuju tanah ibukota kembali.                 Ada sepotong kisah yang selalu terangkai oleh semesta. Salah satunya, rutinitas Minggu sore yang tak jua kunjung selesai; kembali ke poros peradaban. Sudah satu semester ini, aku dirumah hanya pada waktu weekend , Meski tidak setiap minggu. Namun, setiap akan kembali ke Jakarta untuk menempuh pendidikan, ada sosok yang selalu menyembunyikan kekhawatirannya padaku. Ibu.                 Jumat pagi, berbekal kepenatan dengan runtutan tugas, seperti biasa sepucuk surat elektronik sampai ke handphoneku. ‘Pulang hari ini, teh?’ atau ‘Jangan sampai rumah malam-malam. Pulangnya Sabtu pagi aja’ Kurasa inilah yang dinamakan tempat pulang. Ketika ada seseorang yang menantikanmu dengan lapang.   ...

Jakarta: Poros Keterasingan

Bulan telah pingsan. Mama, Bulan telah pingsan. Menusuk tikaman beracun Dari lampu-lampu kota Jakarta Dan gedung-gedung tak berdarah Berpaling dari bundanya Bulan telah pingsan Diatas kota Jakarta Tapi tak seorang menatapnya -Rendra-                 Alienasi atau keadaan merasa terasing seringkali menjadi tebing kesadaran setiap manusia. Terutama ketika berada di suatu tempat, yang menurut benak, tempat itu bukanlah tempat kita.   Keterasingan sering terjadi ketika berada di kota-kota besar, dan sebagai poros keterasingan di Indonesia ialah Jakarta.                 Penggalan Puisi karya penyair besar Indonesia tersebut menggambarkan bagaimana Bulan pun merasa terasingkan di Jakarta. Dapat pula digambarkan, Bulan merupakan sosok manusia yang merasa ‘asing’ dengan hidup di lingkungan yang heterogen. Seba...

detik tiga puluh

Gambar
  Tolong! Tariklah lagi pada detik ke 30 setelah merindukan oase dengan peluh atau pada detik dimana kita sama-sama tahu Bahwa waktu tak selamanya keliru Ayo! tak perlu basa-basi Kita sudah khatam pada fananya waktu menjengkal ribuan detik tanpa temu Yang tercipta hanyalah suarga puisi menjembatani kata 'patah' dan 'hati' Kutanam bahasa pada putaran bumi Ia dengan rela mengirimkan aksara, Untuk bertemu denganmu, sekali lagi. -Rawamangun-