Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2014

Surat untuk Menteri Pendidikan

Yang terhormat, bapak menteri Pendidikan. Saya adalah seorang pelajar dari salah satu SMA di Kabupaten Bogor. Saya hanya ingin menyampaikan komentar saya dan teman-teman saya tentang kurikulum baru yg telah bapak tetapkan diseluruh Indonesia saat ini. Mohon maaf bila saya komentar seperti ini Pak, bukankah siswa-siswi Kurikulum 2013 harus aktif dan bisa menyampaikan pendapatnya?  Bukankah itu yg bapak inginkan untuk anak-anak Indonesia? Saya apresiasi tentang jalan pikiran bapak kalau anak-anak  harus memiliki pendidikan yg berkualitas dengan cara si anak harus menjadi subjek dan bukan objek lagi. Kita harus bisa menggali ilmu sendiri dan para guru hanya menjadi perantara saja. Saya setuju 100% dengan yang itu. Karena yg saya rasakan memang saya menjadi berkemampuan percaya diri yg lebih tinggi, dan lebih bisa menyampaikan informasi dan ilmu pengetahuan lain kepada khalayak ramai atau paling tidak lingkup sempitnya teman-teman saya sendiri. Saya juga menerima kebijakan bap...

Harapan Anak Jalanan

Aku hidup di kota metropolitan. Jakarta. Ibu kota negaraku. Yang sering aku lihat dari Jakarta adalah kompleks perumahan yang mewah, setiap pagi anak-anak pergi ke sekolah, makan direstoran mahal, orang-orang pergi  kepusat perbelanjaan, menghamburkan uang mereka dengan sepuasnya. Tapi, tidak denganku. Memang, aku tinggal di Jakarta. Tetapi, bukan  seperti mereka yang lakukan setiap hari. Aku bukan tinggal di perumahan gedongan, melainkan disebuah gubuk kecil di pinggir Sungai Ciliwung. Setiap pagi aku bukan berangkat sekolah, melainkan pergi bekerja untuk membantu ibuku. Karena ibuku sedang sakit-sakitan, sedangkan ayahku sudah lama meninggal. Aku bukan bekerja di kantor-kantor di gedung yang tinggi. Melainkan, dipinggir jalan. Kadang aku mengamen, kadang juga aku berjualan air minum. Aku tidak makan di restoran-restoran seperti orang-orang elit Jakarta, aku hanya makan sebungkus roti setiap paginya. Dan jika uang ngamenku cukup banyak, aku belikan satu nasi bungkus untukk...

Memory of 98

        Cerita ini bermula waktu saya masuk pertama kali di kelas 9-8. Pengalaman  satu tahun bareng mereka, terasa begitu singkat. Namun, banyak sekali kenangan yang tak kan mudah terlupakan yang membuat saya selalu senyum-senyum sendiri jika mengingatnya. Juli-Agustus Saya masih ingat, pertama kali menyatu dengan kelas itu adalah bulan Juli. Kalau tanggalnya, saya lupa. Hehe.. Semua sibuk mencari tempat duduk. Ada yang sampai berantem, karena tak ada satupun yang mau mengalah. Namun, akhirnya kebagian tempat duduk semua kok. Tiba-tiba masuk si-Novi yang selalu bertingkah heboh di manapun dan kapanpun. “Heyy.. Hey!” teriaknya. “Kita wali kelasnya, siapa sih?”  “Aku juga gak tahu,” jawab Maya dengan santai.  “Jangan sampai Pak Suharto!  Yang ada, kita bisa jadi Jamur semua!”  Semua tertawa. Guru yang satu itu adalah guru PKN.  Semua anak takut jika berhadapan dengannya. Makanya, teman-teman sering menyebutnya guru paling killer di...

Mengejar Fatamorgana

Gambar
       "Fer, ini fotomu sama pacar lagi jalan-jalan, ya?” Ia hanya tersenyum sambil tersipu ketika mendengar pertanyaan dari sahabatnya yang sedang memegang ponselnya. Tapi, senyum itu penuh makna. Senyum yang menandakan ‘iya’. “Eh, Ri.. liat nih si Fera ngalahin kita. Dia udah punya pacar duluan!” Walpaper di ponsel itu tampak suram di mataku. Rena seperti tak punya salah apapun ketika ia memperlihatkannya kepadaku. Ah, emang belum ada yang mengetahui siapapun tentang ini. Termasuk Rena dan sahabatnya Fera. Hari itu, bagiku pertemuan rutin  anggota  Osis pagi itu seperti arakan awan cumulus dan nimbus. Hitam. Tak mampu kutepis arakan awan mendung itu dari wajah dan batinku. Hingga akhirnya, rapat usai, awan mendung kelabu itu  masih juga menggelayut, membasahi jiwaku. Rapat OSIS pun hasilnya tak ada yang masuk ke kepalaku. Entah mereka membahas apa. Aku hanya menatap dengan tatapan kosong ke satu arah. Memikirkan satu hal ya...