Surat untuk Menteri Pendidikan

Yang terhormat, bapak menteri Pendidikan. Saya adalah seorang pelajar dari salah satu SMA di Kabupaten Bogor. Saya hanya ingin menyampaikan komentar saya dan teman-teman saya tentang kurikulum baru yg telah bapak tetapkan diseluruh Indonesia saat ini. Mohon maaf bila saya komentar seperti ini Pak, bukankah siswa-siswi Kurikulum 2013 harus aktif dan bisa menyampaikan pendapatnya?  Bukankah itu yg bapak inginkan untuk anak-anak Indonesia?

Saya apresiasi tentang jalan pikiran bapak kalau anak-anak  harus memiliki pendidikan yg berkualitas dengan cara si anak harus menjadi subjek dan bukan objek lagi. Kita harus bisa menggali ilmu sendiri dan para guru hanya menjadi perantara saja. Saya setuju 100% dengan yang itu. Karena yg saya rasakan memang saya menjadi berkemampuan percaya diri yg lebih tinggi, dan lebih bisa menyampaikan informasi dan ilmu pengetahuan lain kepada khalayak ramai atau paling tidak lingkup sempitnya teman-teman saya sendiri.

Saya juga menerima kebijakan bapak tentang rumusan empat kompetensi inti yaitu penghayatan dan pengamalan agama, sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Yang sangat berbeda dari kurikulum sebelumnya yg tidak mengedepankan agama dan hanya mengandalkan pengetahuan. Memang percuma, kalau seseorang memiliki ilmu pengetahuan yg luas tetapi bila Ia tidak mengetahui dan tidak bisa melakukan dan mengamalkan  soal agama, Ia tidak akan bisa merasakan nikmat-nikmat yg telah Tuhan berikan dan akan selalu berjalan  kearah yg gelap.

Dan juga soal Penilaian yg telah Bapak ubah. Ketika kurikulum yg lalu skala nilainya ialah dari 10 hingga 100. Dan kini skalanya ialah 0 hingga 4,00. Saya paham mengapa bapak mengubahnya,   yaitu agar memudahkan untuk memasuki universitas. Dan juga kurikulum 2013 tak terlepas dari diskusi antar siswa ketika belajar, itu juga agar kita sebagai anak didik ditingkat sekolah pertama dan khususnya sekolah menengah atas tidak begitu kaget ketika memasuki perguruan tinggi.

Tapi, apakah Bapak tahu fakta di lapangan itu seperti apa??????

Pak,
penerapan Kurikulum 2013 ini sangat
mendesak persiapannya dan cenderung kurang
matang. Padahal adaptasi siswa dengan hal
yang baru membutuhkan waktu. Sampai
sekarang, saya dan teman-teman saya diseluruh Indonesia belum dapat membedakan
tema dalam setiap pelajaran. Misalnya, jika
sekarang kita mengerti setelah dijelaskan,
Kita akan kembali kebingungan pada hari
selanjutnya. Kita masih kesulitan memilah-
milah temanya, apalagi jika guru tersebut acuh terhadap murid-muridnya.

Untuk pembelajaran, kita siswa-siswi kebingungan mencari bahan acuan untuk belajar. Karena buku-buku blm tersedia. Lalu bagaimana kami bisa berdiskusi dan belajar jika bahan pokoknya pun tak ada yg sesuai dengan kurikulum yg Bapak buat? Walaupun, di sekolah saya sudah tersedia. Tetapi, saya merasakan teman-teman seperjuangan saya yg berada di luar pulau. Jaringan informasi yg sulit, ditambah buku yg kurang memadai, bagaimana mereka bisa melakukan kompetensi dasar maupun kompetensi inti yg telah Bapak buat? Jadi, tolonglah untuk segera diselesaikan tentang permasalahan ini pak.

Dan ini adalah hal yg paling mengganjal di hati saya dan saya yakin sebagian besar siswa-siswi diseluruh Sekolah pun sama seperti saya.
Pak, kami kelelahan dengan kurikulum yg telah Bapak tetapkan. Jam pelajaran yang telah ditambahkan, materi yang ditambahkan dari kurikulum sebelumnya  dan juga tugas-tugas yg selalu datang menghampiri di setiap harinya dan harus diselesaikan dengan batas waktu yg telah ditentukan. Kami kehilangan waktu untuk bermain dan berkumpul bersama keluarga. Setiap harinya datang pagi ke sekolah dan pulang sore. Coba bapak berpikir secara logis, apakah akan mampu materi-materi masuk ke otak jika didalam otak sudah tidak bisa meresap apapun? Gelas yg diisi air  secara terus menerus tanpa diminum terlebih dahulu  pun akan tumpah. Dan berpikir kembali pak, Apakah efektif jika belajar dalam waktu yg kurang memungkinkan, seperti disaat-saat siang menjelang sore.?  Bukankah waktu-waktu seperti itu cocoknya untuk merefresh otak yg sudah mumet dengan segala pikiran?
Rasanya percuma sekali jika pertambahan jam diadakan tetapi materi-materi pembelajaran tidak ada yang masuk di benak para siswa.

Belum lagi ditambah ekstrakurikuler yg berada di luar jam pelajaran. Kami kebingungan apakah harus meninggalkan non akademik? Karena waktu untuk mengikuti eskul tersebut tidak memungkinkan disebabkan waktu kami dihabiskan untuk menyongsong nilai akademik. Pak, bukankah itu mematahkan bakat para siswa yg berminat di eskul-eskul tersebut pak?

Tengoklah lingkaran hitam dikelompak mata kami, Pak. Badan kami yang semakin mengecil. Banyak dari kami yang jatuh sakit akibat tidak bisa mengontrol waktu. Kami selalu berusaha untuk mengerjakan setiap tugas dengan baik. meskipun peluh bercucuran, berlembur sampai malam hingga lupa tidur, menahan rasa lapar, meninggalkan waktu bersama keluarga dan teman-teman, kami mengabaikan segalanya Pak, jika Bapak ingin tahu. Coba bapak pikirkan kembali, jika kami terus-menerus kecapean dan selalu jatuh sakit, bagaimana bisa kelak dewasa kami mengamalkan hasil dari pembelajaran kurikulum ini?

Tolonglah Pak, saya tahu niat bapak membangun pendidikan di negeri ini baik. Tapi, rasanya percuma sekali jika sumber daya manusianya pun tidak bisa menempuh pendidikan dengan akal yg sehat. Kami hanya ingin waktu untuk belajar dikurangi jam pelajarannya. kalau tidak ringankanlah beban kami, kami disini sebagai pelajar yg ingin menuntut ilmu dengan jasmani dan akal yang sehat.

Saya selaku perwakilan dari teman-teman saya hanya mencoba berpendapat tentang apa yg telah dirasakan oleh saya dan teman-teman saya. Semoga Bapak Menteri Pendidikan yg terhormat dapat menyimak apa yg telah saya sampaikan Pak. Saya hanya belajar menjadi orang kritis,sesuai isi dari kurikulum tersebut

Terimakasih.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku Ingin Mati di Tulisanku Sendiri

Kata-kata Yang Berlari di Tengah Jatuh Cinta

Bermain dengan Spotify Wrapped 2024