Memory of 98

        Cerita ini bermula waktu saya masuk pertama kali di kelas 9-8. Pengalaman  satu tahun bareng mereka, terasa begitu singkat. Namun, banyak sekali kenangan yang tak kan mudah terlupakan yang membuat saya selalu senyum-senyum sendiri jika mengingatnya.
Juli-Agustus
Saya masih ingat, pertama kali menyatu dengan kelas itu adalah bulan Juli. Kalau tanggalnya, saya lupa. Hehe.. Semua sibuk mencari tempat duduk. Ada yang sampai berantem, karena tak ada satupun yang mau mengalah. Namun, akhirnya kebagian tempat duduk semua kok. Tiba-tiba masuk si-Novi yang selalu bertingkah heboh di manapun dan kapanpun. “Heyy.. Hey!” teriaknya. “Kita wali kelasnya, siapa sih?”
 “Aku juga gak tahu,” jawab Maya dengan santai. 
“Jangan sampai Pak Suharto!  Yang ada, kita bisa jadi Jamur semua!” 
Semua tertawa. Guru yang satu itu adalah guru PKN.  Semua anak takut jika berhadapan dengannya. Makanya, teman-teman sering menyebutnya guru paling killer di sekolah. Tampangnya yang seram, sorot matanya yang tajam, selalu membuat teman-teman kikuk. Tetapi, sesungguhnya Pak Suharto itu baik, jika murid-muridnya juga baik.(  Peace, Pak Guru... ya! )
Guru berkerudung itu, anggun dan selalu tersenyum. Ia memasuki kelas saya. Teman-teman kebingungan, siapa guru itu? Apa benar Ia adalah walikelas kita? 
“Apa benar ini kelas Sembilan Delapan?” tanyanya sambil membawa buku absen di tangannya. “Iyaa Bu..” Serentak semuanya menjawab iya. Guru itu mengeluarkan sesuatu dari tempat pensilnya. Sepertinya sebuah spidol, dan menuliskan namanya di papan tulis. Tulisan itu begitu rapi “FAIZAH UMAMI” 
“Panggil saja Bu Faizah. Ibu akan jadi walikelas kalian selama satu tahun ini. Ibu adalah orangtua kalian di sekolah.  Ada yang mau ditanyakan?”
“Minta no hp dong bu..” suara lantang Riswan. Ia cowok yang selalu pingin  tampak beda. Ia juga salah satu yang tergarang di kelas. Bu Faizah pun kembali menulis di papan tulis. 
“Ini nomor hape ibu. Kalau kalian tidak bisa masuk sekolah, silahkan SMS atau telpon ibu saja.”
Semua anak serentak mengangguk dan menyalin nomor hapenya Bu Faizah di buku mereka masing-masing. Begitupun saya. Hari itu dihabiskan hanya untuk perkenalan. Mungkin besoknya mulai pelajaran.
Kebesokannya, kami semua sudah mulai akrab di kelas. Saling mengobrol, bercanda, menceritakan pengalaman-pengalaman mereka masing-masing. Pelajaran pun dimulai hari itu. Berkenalan dengan guru-guru baru karena belum pernah diajar sebelumnya di kelas 7 dan 8. 
Agustus pun dimulai, ketika itu sudah memasuki bulan Ramadhan. Semua tampak lesu dan malas belajar karena sedang berpuasa. Tetapi, kalau bercanda dengan teman capek pun tidak terlihat. Malah tertawa-tawa sampai kerongkongan begitu haus.  Keinginan semua teman di kelas  hanya ada satu. Cepat-cepat libur. Akhirnya, mulai tgl 13 Agustus-2 September libur panjang itu pun tiba! Aha, waktunya mudik!! 
September-Desember
Senin itu, semuanya kembali ke sekolah. Wajah teman-teman kembali berseri, karena telah menyelesaikan libur lebarannya. Hari itu, teman-teman sekelas saling melepas rindu sambil bermaaf-maafan satu sama lain. Begitu pun dengan semua guru-guru dan tenaga kependidikan lainnya mulai dari Satpam sampai penghuni kantin, yaitu orang-orang yang jualan di kantin sekolah. Tentu saja ikut nimbrung juga  Mang Eman dan Bi Tonah, petugas kebersihan di sekolah kami.
Hari-hari selanjutnya, penuh dengan tugas. Sepertinya yang ada hanyalah tugas, tugas, dan tugas!  Dari membuat kliping sampai membuat musikalisasi puisi. Pada pertengahan September, barulah kita mulai diuji kompetensi masing-masing. Ya, itulah UTS, Ulangan Tengah Semester.  Banyak orang yang menganggapnya hal kecil. Karena dipikiran mereka hanya ada satu. Nyontek.  Hemm.. kebanyakan memang begitu. Nah, pas ulangan itu baru ketahuan. Siapa yang benar-benar baik dan siapa yang pelit ngasih kunci jawaban. 
Ahh.. akhirnya Ulangan Tengah Semester itu selesai sudah. Teman-teman sudah girang sekali, karena akan libur lagi. Tetapi, ketika Pak Tatang berbicara di speaker, hilang sudah harapan untuk libur. Ternyata, masih harus meneruskan materi pelajaran lagi. Ayoo semangat, sebentar lagi Ujian Semester  1!!
Mau tidak mau saya dan teman-teman yang lain harus siap menerima materi lagi. Setiap orang pasti ada malas belajar di kelas. Dan tempat pelariannya adalah Kantin. Ngaku ke gurunya bilang ke WC, atau beli pulpen. Ehh taunya pada nongkrong di kantin. Hal yang paling ditunggu semua teman adalah bel istirahat. Semuanya sudah siap-siap pergi ke kantin. Karena sudah tak sabar untuk makan. Hal yang paling menyebalkan adalah, ketika sudah bel istirahat, gurunya masih aja terus menerangkan materi. Muka-muka protes sudah berkeluaran. Kantin seketika itu penuh sekali. Membeli makanan pun harus berdesak-desakan seperti pembagian sembako untuk warga kurang mampu.
Orang ke dua yang paling garang setelah Riswan adalah Edo. Sori, ya, Do.   Dia itu suka ngambil makanan orang. Yang paling sering kena korban adalah saya sendiri. Ketika selesai membeli makanan di kantin, saya dan teman-teman kembali ke kelas. Tiba-tiba saja si Edo mendekat.. “Cha, dipanggil sama Ovi” Bodohnya, saya percaya saja kata-kata si Edo. Saya tanya Ovi, tenyata dia tidak memanggil saya. Pas, sampai di kelas. Makanan-makanan saya sudah tidak ada di meja. Ahh.. kerjaan si Edo!! Selain itu, ia selalu bertingkah kasar kepada siapapun, maupun perempuan.  Kadang juga ia baik dan humoris. Tetapi, kebanyakan galaknya daripada baiknya. -_-
Bel masuk pun berbunyi. Pelajaran selanjutnya adalah IPA. Pelajaran yang ditunggu-tunggu oleh teman sekelas. Karena, gurunya mengasyikan. Bu Ajeng selalu membuat murid-muridnya semangat untuk belajar. Tetapi sayang, hari itu Bu Ajeng tidak masuk. Karena kurang sehat. Seisi kelas pun rame, karena tidak ada guru yang mengajar. Sampai-sampai kelas sebelah saja merasa terganggu karena saking ributnya.  Ada yang berkejar-kajeran, tertawa-tawa, ada yang nge-gosip, sibuk foto-fotoan dan ada juga yang sibuk main hp sendirian. Pokoknya hari itu, kelaspun jadi berantakan. Taplak meja jadi bahan tarik tambang, mungkin namanya di ganti jadi Tarik Taplak Meja. Sapu, dijadikan alat perang-perangan sama si Edo dan kawan-kawannya. Dan akhirnya, sapu pun jadi patah semua.  Waktu itu, begitu menyenangkan. Karena dapat seru-seruan bareng temen-temen. Hancurnya kelaspun jadi tak dihiraukan lagi.
Ketika sedang asyik mengobrol dengan teman-teman. Tiba-tiba, Pak Bambang pun masuk ke kelas. Ahh.. ternyata sudah berganti jam pelajaran. Sekarang adalah Matematika. Rasanya malas sekali belajar karena sudah keasyikan main, apalgi untuk belajar Matematika di tengah hari begini. Rasanya ingin kabur dari kelas. Tak sabar ingin segera pulang. Apa yang diterangkan Pak Bambang pun jadi tak mengerti. Bagai air ditumpakan di daun talas! Lenyap tidak bersisa. Akhirnya bel pulang pun berbunyi. Betapa bahagianya mendengar bel pulang itu.  Baru saja, mau keluar dari kelas, tiba-tiba hujan turun. Begitu sial. Sambil nunggu hujan reda, saya dan teman-teman nyanyi-nyanyi bareng. Apalagi si Aden, dia itu yang  sering nyanyi-nyanyi gak jelas di kelas. Dia juga paling enak diajak curhat, temen-temen cewe paling sering curhat ke dia.
Lebih sial lagi, hujan gak reda-reda. Akhirnya teman-teman maksa untuk hujan-hujanan. Untungnya, hari itu memakai baju pramuka. Ternyata hujan-hujanan bareng temen waktu pulang sekolah itu seru juga.
Waktu semakin cepat berlalu, tak terasa hari ini adalah Ujian Semester 1. Waktu itu disatukan dengan kelas 7 dan 8. Jarang kumpul-kumpul bareng deh di kelas. Pembagian rapor juga selesai. Hari itu bertepatan dengan ulang tahun Bu Faizah. Kami sekelas pun membuat party kecil-kecilan untuk Bu Faizah.  Setelah selesai, saya dan teman-teman pun pamit untuk pulang. Bersiap-siap untuk pergi liburan. Sampai bertemu di tahun 2013 kawan..
Januari – Juli 2013
7 Januari, hari pertama masuk lagi ke sekolah. Di tahun baru ini, semua teman berharap moga menjadi tahun yang terbaik. Bu Faizah kembali masuk hari itu. “Anak-anak, waktu kalian hanya tinggal 3 bulan lagi. Bulan April sudah Ujian Nasional. Jadi, ibu mohon kalian mulai membaca lagi. Dan untuk yang sering bolos, lebih baik ke sekolah untuk belajar. Waktu kalian di sekolah sebentar lagi kok. Jangan sampai kalian menyesal, kalian kepingin lulus semua kan?” “Iyahh.. Buu..” . Bu Faizah melanjutkan lagi, “Tanggal 25-26 Februari itu TO1, tanggal 4-15 Maret Ujian Praktek, lalu dilanjutkan Ujian Sekolah tanggal 18-23 Maret, selanjutnya TO2 tanggal 1-2 April. Dan yang terakhir, Ujian Nasional tanggal 22-25 April. Mohon belajar lagi yah..” Nasihat Bu Faizah selalu teringat
Saya menikmati hari-hari terakhir bersama 9.8,  karena saya tahu, pasti semuanya akan terpisah. TO 1 sudah selesai, ketika pengumuman. Hanya ada 2 orang yang lulus di kelas. Teman-teman yang lain pun bersedih, Bu Faizah datang untuk memberikan semangat. Sungguh walikelas yang baik. “Ayo, semangat! Ini barulah awal. Lainnya, kalian teruslah belajar.” Seakan kesedihan itu pun hilang. Jam sekolah selesai, namun saya dan teman-teman harus mengikuti bimbel. Jam pelajaran tambahan. Yang paling diingat waktu bimbel adalah ketika makan siang bersama di kelas. 
Maret awal, semuanya sudah siap untuk Ujian Praktek. Semua bahan-bahan sudah terkumpulkan. Praktek Sholat Subuh, Praktek Pidato,  Menentukan Asam – Basa, Menjahit dan lain-lainnya. Saya dan teman-teman harus melakukannya juga. Ujian Sekolah, ujian seluruh mata pelajaran, dari materi yang sudah dipelajari sejak kelas 7.  Saya dan teman-teman pun juga harus melakukannya.
Awal April, sudah disambut dengan TO2. Tinggallah beberapa minggu lagi puncak dari perjuangan saya dan teman-teman.  Guru-guru terus membimbing dan menerangkan materi yang belum tersampaikan. Saya dan teman-teman pun kembali berusaha belajar semaksimal mungkin. Agar hasil Ujian Nasional pun maksimal. Sampai hari itu tiba, kartu perserta, pensil 2B, penghapus semuanya sudah siap di meja. Soal demi soal pun dijawab. Bhs. Indonesia, Bhs. Inggris, Matematika dan IPA. 
Akhirnya 4 hari bersejarah yang bikin mumet semua kalangan itu selesai juga. Ya. Mulai dari pejabat tinggi sampai Mang Eman, tukang sapu! Semuanya tinggal menunggu hasilnya. Satu bulan menunggu. Kesekolah pun hanya 2 kali seminggu. Kadang begitu kangen ruangan kelas, karena kelasnya sudah ditempati oleh kelas 7. Teman-teman sekelas pun jarang sekali bertemu. 
Sampai di tanggal 1 Juni. Hari yang begitu mendebarkan. Pengumuman kelulusan itu diambil oleh orang tua. Sedangkan semua  murid kelas 9, dikumpulkan dilapangan. Pak Dadih, kepala sekolah mengumumkan. “SMP NEGERI 1 JASINGA LULUS 100%!” Semua berteriak histeris. Saking bahagianya. Hasil nya pun ditempel di mading. Saya dan teman-teman sekolah berbondong-bondong pergi ke mading sekolah. Begitu membahagiakan juga, Nem saya lumayan besar. Tetapi, berbeda dengan Wina dan Kiki sahabat saya. “Aku takut gak keterima... Cha, di SMA. Nem ku kecil,” matanya sudah begitu sembab. 
Begitu juga Kiki. “Gak percaya hasilnya cuma segini, Cha.  usaha keras Kiki tak begitu  memuaskan..” 
Aku juga tak bisa membiarkan mereka menangis, aku pun meneteskan air mata. Semua nya berpelukan sambil menitikan air mata. 
“Sudah, masih ada nilai rapot kok. Tak sepenuhnya NEM doang. Kita akan berkumpul lagi di SMA. Percayalah!”
Semuanya kembali ke kelas. Sudut-sudut kelas yang selalu menumbuhkan kenangan. Saya pun kembali meneteskan air mata. Mengingat akan meninggalkan tempat ini. Hari itu semuanya saling mengikat janji untuk selalu jadi teman. 

Tak bisa saya ceritakan semuanya, karena begitu banyak peristiwa-peristiwa baik suka maupun duka bersama kalian, Sembilan Delapan. Senang rasanya bisa kenal dengan kalian. Semua foto yang kita ambil bersama adalah tanda mata yang tak akan terlupakan.  Sahabat, kita harus selalu percaya. Hari esok akan lebih gemilang lagi. Maka kelulusan ini bukan akhir, namun awal hari-hari baru kita. Pasti kita akan berjumpa lagi. Suatu saat nanti.   .
Semuanya untukmu Sahabat.. ini pun untukmu, Sembilan Delapan. Lambaikanlah  tangan kalian di udara, untuk perpisahan kita.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku Ingin Mati di Tulisanku Sendiri

Kata-kata Yang Berlari di Tengah Jatuh Cinta

Bermain dengan Spotify Wrapped 2024