Ini Bukan saatnya
Aku selalu mengucap berkali-kali.
“Ini bukan saatnya”
Kesempatan selalu datang tanpa diundang
Namun, kita hanya dapat menentukan kesempatan itu berjalan
dengan baik atau sebaliknya.
Aku menghembuskan nafas berkali-kali
Diantara dua kulit yang hanya sedekat lima senti, nafas ini
semakin tidak terkontrol
Tak terasa rasa itu hadir tanpa permisi
Namun, aku selalu mengucap berkali-kali.
“Tampilah seperti biasa dan apa adanya”
Bukankah topeeng dapat mengacaukan segalanya?
Menghancurkan bangunan kejujuran yang telah dibangun sekian
lama..
Tingkahku selalu
berhasil menyembunyikan sebuah rasa
Namun, cobalah kau lebih selidiki mata ini Tuan..
Benih-benih sebenarnya rasa terlihat disini
tampak jelas dan tak mungkin berdusta
Tanyalah, aku berbohong ataukah jujur tentang ini..
Mungkin aku akan menggelengkan kepala, namun tidak mata ini.
Tanyalah berkali-kali hingga aku bosan
Atau barangkali hingga aku menangis
Sampai aku tak menyembunyikan lagi perasaan yang
sesungguhnya
Namun, aku ingat kembali..
“Ini Bukanlah saatnya”
Segala Kebaikanmu kepadaku tak melebihi rasa sayangmu
kepadanya
Aku hadir hanyalah sebagai latar yang tak jelas.
Remang-remang
Sedangkan kamu dan dia adalah tokoh utama dalam pertunjukan.
Dan aku senantiasa memandangmu dalam pertunjukan itu
Semakin hari, kalimat itu semakin menancap dipikiranku
“Ini Bukanlah Saatnya”
Kalimat itu selalu menyadarkanku ketika Sosok yang kini lima
senti didekatku bukanlah seseorang yang dapat kusentuh hatinya.
Sosok yang kini lima senti didekatku bercanda dengan gayanya
yang khas bukanlah seseorang yang mudah kupahami pikirannya
Namun terasa sangat jelas dan puas dengan kedekatan ini
Tuan, jadi biarkanlah kulitku bersua
Biarkanlah mata ini berkata jujur
Dan engkau rasakan ketulusannya.
catatan pengingat momen yang telah lewat.
Jasinga 29 Mei 2015
14:23
Komentar
Posting Komentar