Perihal Sabar dan Persimpangan
Di suatu sore menjelang senja,
Tak ada
yang lebih nikmat dibanding melewati nya dengan penuh harapan
Malam yang
menutup hari telah datang
Langkah
kita seragam dan seirama menuju persimpangan jalan yang lenggang
Akhir-akhir
ini aku dan kamu lebih sering melangkahkan kaki bersama
Bercengkrama
dengan alam bersama, dan menutup hari dengan bersama
Pada persimpangan jalan ini, aku bertanya
“Jalan manakah yang menuju kebahagian sesungguhnya?”
Selama sebulan lebih aku telah melewati persimpangan ini,
selama itu pula aku selalu menanyakan hal ini.
Janggan anggapku bodoh,
Aku hanya ingin merasakan momen pertama ketika berada di
persimpangan ini
bersama seseorang yang berada disampingku
Ia sahabatku, tersenyum tipis. Tak bosannya pun ia menjawab
“Sabar. Kekuatan terbesar
dalam hidup menuju kebahagiaan”
Jika pada detik itu bisa ku hentikan, akan kuhentikan
sekarang juga.
Namun kurasa tak mungkin.
Waktu selalu memiliki roda yang terus berputar. Terus berputar.
Tatapannya meyakinkanku melewati sinar yang berada di bola
matanya
Indah, serupa langit senja.
Seolah tak
ingin berhenti bertanya
Ketidaktahuanku
memberikan serangan pertanyaan lanjutan
“Sabar
ada berapa macam?”
Senyum dari
arah samping itu terlihat kembali
“Satu. Tapi
hal yang harus dihadapinya lah yang banyak”
Dengan langkah kaki yang mantap,
Kita berhasil melewati persimpangan jalan itu
menuju ke arah mana?
suatu arah yang yang kan bermuara pada kebahagiaan.
menuju ke arah mana?
suatu arah yang yang kan bermuara pada kebahagiaan.
-catatan menuju tengah malam dengan mata yang sudah sembab-
Komentar
Posting Komentar