Surat-Surat tak tersampaikan

Surat-suratku tak akan pernah sampai. Tak akan pernah tertuju pada orang yg dituju. Karena aku hanya bisa menyimpannya dibuku dan hanya dibaca sesekali, itupun kalau ada waktu.

Surat-surat yg berisi tentang semua khayalan yg slalu kureka. Mendeskripkan semua hal yg semu. Berisi tentang dia. Separuh badanku mengingkannya dan datang. Tetapi terkadang pun, membencinya dan membuatku menjadi setengah gila. Menjerit sekencang-kencangnya hingga pita suara habis lalu menangis meringgis.

Bumi ini berputar, waktupun terus berganti, masa ini berevolusi. Sama halnya dengan kita. Aku menjauh, kamu menjauh dan akhirnya kita sama-sama menjauh. Belum sempat kita berbicara, tetapi cinta itu telah pergi dan menghilang.

Sebenarnya aku takut. Kuyakin kamu pun takut. Kita tak berani berbicara jujur. hanya rasa yg tersimpan dan tertinggal. Dan ditutupi serapat-rapatnya agar tiada orang yg tahu. Tetapi, Engkau Maha Tahu.

Tuhan, aku tahu. Aku sudah melakukan hal yg dilarang Engkau. Tidak berbicara sebenarnya. Tapi, tolong jangan hukum aku. Ini hanyalah perasaan sesaat, tetapi sakitnya tidak sesaat.

Pada selanjutnya, hidup ini terkikis oleh perpisahan terdalam yg belum usai. Kata "Pisah" selalu menutupi pikiranku bagai suatu kabut dan saput yg juga belum usai. Betapa sulitnya perpisahan yg dilakukan sendirian. Itulah perpisahan yg paling sepi kualami.

Katakan padaku jika stalgmit dan slagtit telah meruntuh. Katakan padaku jika gunung-gunung es telah mencair. Itulah waktu yg tepat agar aku ikut melebur didalamnya. Aku sudah lelah dan juga menyerah. Karena aku sudah lama menjadi membatu dan membeku.

Lembaran kertas yg telah terisi penuh oleh tulisan. Dan berniat untuk dikirimkan. Tetapi, siapa yg berniat mau membacanya ?

Tak berguna. Semuanya percuma. Sia-sia... Apakah hidupku pun tak berguna? Percuma kah hidupku? Sia-sia kah? Lalu mengapa aku hidup jika semuanya tak berguna, percuma dan sia-sia.?? Aku ingin kamu yg menjawabnya. Tapi, aku tak yakin kamu bisa menjawabnya. Padahal kamu cukup pintar, menurutku. Tetapi, tak cukup pintar tentang urusan hati. Itulah sebabnya.

Disetiap akhir suratku, slalu aku sisipkan kalimat "Ini suratku yg terakhir untukmu."(meski tak pernah kau baca, hingga aku hanya mengoleksinya). Tetapi, sampai hari ini pun aku masih menulis surat. Mungkin memang hobby ku. Khayal yg terlalu tinggi dan mimpi yg bermuluk-muluk. Selalu begitu. Semoga tak seterusnya begitu. Hingga khayalan menjadi nyata, dan mimpi menjadi harapan yg tak sia-sia.

Hingga akhirnya kita semua tahu. Kita menyadari tentang sebuah momen langka yg begitu penting ; Dihatimu ada aku. Dihatiku ada kamu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kata-kata Yang Berlari di Tengah Jatuh Cinta

Aku Ingin Mati di Tulisanku Sendiri

Bermain dengan Spotify Wrapped 2024