Kisah Taman Bunga dan Ibu

Di taman rumahku berjajar rapi pot-pot tanaman. Tanaman tersebutt masing2 menciptakan kelopak kelopak bunga yg indah dari berbagai jenis bunga yg ada di dunia. Ibuku pencinta bunga, sepertinya kecintaan itu menurun kepadaku.

Pada sebuah senja yang tak seperti biasanya. Kelopak bunga melati gugur perlahan. Makin lama bunga-bunga melati tersebut berguguran. Apakah yang terjadi?

Ibu ku bilang, "tak usah khawatir. Ia akan tumbuh kembali. Karena gugur satu tumbuh seribu"

Namun nyatanya bunga melati tersebut tak lagi tumbuh dan berbunga. Tangkainya layu dan kemarin sore aku lihat tergeletak di bawah tanah basah yg berasal dari sisa air hujan.

"Ibu bagaimana ini?" aku panik melihat langsung kejadian yang sangat menganehkan ini. Namun ibuku bersikap tenang dan hanya menjawab.
"Akan ada masanya Nak, sesuatu yang tumbuh akan tumbang"

Ibu selalu membuatku menjadi lebih baik, lebih tenang dari sebelumnya. Aku pun kembali berharap agar bisa menikmati senjaku bersama bunga-bunga yang menawan. Namun, lagi dan lagi bunga-bunga di taman berguguran dan tak sedikit yang mati. Aku harus mengetahui penyebabnya! Sematku dalam hati, bunga ini harus tetap tumbuh.

"Bunga-bunga harus tetap tumbuh kan Bu? Karena banyak sekali yg menyukai bunga"
Kembali, Ibu tersenyum
"Sekarang berkurang, karena wanita banyak yang trauma sebab pria hanya memberikannya sebagai gombal belaka. Bukan sebagai ketulusan. Sesuatu yg sudah tak diperlukan lagi akan menghilang dengan sendirinya, Nak"

Aku pergi menuju perpustakaan kota untuk mencari ilmu tentang fenomena ini. Selain itu aku mengunjungi penjual bunga di pinggir alin-alun dan bahkan tukang kebun ternama istana. Namun, tak ada yg mengetahui pasti penyebabnya. Aku pulang tanpa mengetahui apapun tentang fenomena bunga ini. Tapi, aku mendapatkan berbagai wawasan baru tentang lingkungan, tanaman, serta bunga.

Ketika kembali ke rumah, Ibuku sudah tidak ada lagi ditempat. Ibu tidak lagi menyambutku pulang dan menemaniku belajar sambil berpesta teh berdua di taman. Ibu tidak lagi menyambutku pulang dan menemaniku belajar sambil berpesta teh berdua di taman.

Kurasa hidupku telah mencapai klimaksnya. Ibuku tiba-tiba seperti bunga melati yang berguguran kemarin. Ibu sungguh wanita terkuat yg pernah aku tahu. Ia menyembunyikan penyakitnya selama bertahun-tahun dariku. Ia tak pernah sedikit pun mengeluh, dan segurat tipis senyuman diwajahnya tak pernah hilang. Namun kini, aku benar benar kehilangan senyumnya, semangatnya, kasih sayangnya, cintanya, dan jasadnya

Pada bunga mawar berkelopak biru yang hanya tersisa satu-satunya di taman, aku memandang takjub. Kini aku mengerti maksud Ibu ..

"Setiap makhluk bernyawaya akan mengalami mati"

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kata-kata Yang Berlari di Tengah Jatuh Cinta

Aku Ingin Mati di Tulisanku Sendiri

Bermain dengan Spotify Wrapped 2024