Catatan Kecil Tentang Rindu dan Temu.
Sore itu, Pohon
berembun oleh titik-titik hujan. Bercengkrama lewat rintihan dan tatapan
manusia yang dipenuhi kerapuhan. Berpuluh-puluh detik terlewatkan bak
pengembara kesepian. Kita khatam dengan siasat pertemuan. Namun baru kali ini masing-masing perasan tercurahkan.
Satu, dua,
tiga, atau empat, tak pernah kulupakan kalian meski hanya sesaat. Pertemuan
kita tak menentu, namun rindu selalu hadir tanpa ada pintu.
Senyum kalian
menjelma genangan perlahan menjadi lautan. Tawa terbaur setelah beratus-ratus
menit mengalir tanpa muara. Aku diujung sini mendamba senyum dan tawa tanpa
perantara telpon genggam. Aku diujung sini menanti kehadiran yang terlatih
telah kunantikan.
Hingga, Putaran
bumi masih tetap pada porosnya. Setiap planet masih pada jalur orbitnya. Lalu Kita,
yang jalurnya berbeda masih berharap sama.
Banyak cerita yang terpendam. Masing-masing memilih bungkam sebelum akhirnya meledak secara kontan. Cerita-cerita itu mendamba pendengar. Berlarian dan saling mengejar hingga akhirnya tertutur dalam pertemuan.
"Aku habis ini.. habis itu.."
"Dikampusku begini.. begitu.."
"Doakan yang terbaik ya.."
Malam kembali
datang, mengirimkan langit kelam tanpa bintang. Kita tetap tertawa dibawahnya.
Entah melucukan hal apa. Mungkin mengingat kenangan pertama kali kita jumpa
atau hal menyedihkan yang telah berhasil kita lalui bersama. Sesederhana itulah
kebahagiaaan muncul ke permukaan
Aku teringat
ucapan Tulus dipanggung kala itu:
“Dimana pun
kalian berada, kukirimkan terimakasih.
Untuk warna
dalam hidupku dan kenangan indah,
Kau melukis
aku”
*eck*
22.27
Komentar
Posting Komentar