Fragmen Kata.



 Jendela kamar dengan tatapan yang nanar,
Berbalik.
Ada kata yang tersembunyi dengan samar
Mencari-cari  jalan keluar.
Deretan kalimat yang terhempaskan hanya berbisik

Matamu yang seakan kaca
Menjelma berharap kata
Putaran rasa yang menafik mimpi
Menderu hati perlahan pergi

Langit menyimpannya dengan rapi
Jawaban murni yang melangkahi sanubari
Terpancar dalam bingkaian bola mata
Serupa keinginan tanpa diminta.
*

Hasil gambar untuk anime kokoro Kokoro ga Sakebitagatterunda
                Kaca jendela yang seringkali dibuka, seperti hafal pemiliknya memliki maksud apa; Menatap langit kelabu sehabis hujan ialah satu-satunya hal yang diminta. Dengan lamunan panjang dan kalimat yang selalu membungkus cuaca.

                Berbagai kata tersimpan dan bahkan bersemayam dalam pelukan batin. Aku mencoba menurutkan segala halnya tanpa lisan. Selama ini, yang bisa kuandalkan hanyalah tulisan. Namun, Huruf-huruf yang tertera pada selembar kertas, bukanlah seluruh isi hati yang aku keluarkan. Pada penyesalan, penderitaan, Kesendirian dan kebahagiaanku yang sekarang entah berada dimana, aku hanya bisa menatap nanar pada jendela kamar yang menampilkan wajah melankolisku
                Awan bergerak, angin berbisik, dan langit berharap. Unsur-unsur semesta tersebut seperti bosan melihatku membisu tanpa harapan. Harapan dan cita-cita satu persatu meninggalkanaku hanya karenna keegoisanku. Lalu dengan tubuh yang hanya serupa daging berjalan ini, masihkah aku pantas menaburkan mimpi-mimpi lagi?
                Hingga, semesta menampar wajahku dengan berbagai macam  keberadaan. Ada hari yang haru dan ada sosok yang baru. Sosok itu memandangku dengan pandangan dari sudut jendela yang berbeda. Kejujurannya, kegetirannya, dan perihal kebaikannya ingin kuutarakan dengan kata-kata. Ia mengajariku bagaimana caranya terbang ke langit tidak dengan tatapan nanar, ia mengamatiku bagaimana merasa tanpa menjatuhkan harapan, dan ia menemaniku membuka pintu dengan beribu hal baru yang pernah ia rasakan di luar jendela.

                Aku berhutang banyak pada semesta. Setidaknya aku kembali pada diriku yang sebenarnya. Rangkaian kata dan kalimat sudah menemukan jalannya. Dan itu kutemukan dari sosok yang tiba-tiba saja mengetukku dengan parasnya yang menenangkan. Hanya saja, ada hal yang sangat disayangkan dari kisah ini. Aku terlalu mengikuti alur sosok itu dan kini aku terjembab dalam muaranya. Aku kebingungan haruus berbuat apa, karena yang ia mau bukanlah hujanku. Tetapi gadis pelangi yang pernah, selalu, dan tetap di hatinya.
                Inilah perjalanan kisah menerima takdirku. Aku sudah hafal dengan permainan semesta yang terus menerus mengolok-olokku. Pada masa anak-anakku yang dihabiskan dengan pertikaian keluarga dan Pada masa remajaku yang kuselesaikan dengan membisu dan mencoba untuk menarik diri dari dunia.
                Sebagaimana yang telah Tuhan tugaskan kepada Manusia. Kita hidup untuk menanggung takdir dan jua mejalankannya tanpa harus tersindir. Sosoknya hanya sebagai pacutan dalam menggelindingkan hidupku, bukan sebagai acuan yang senantiasa menghiburku. Aku cukup tahu diri dengan tidak mengharapkan lebih kepadanya.  Dan tetap berjalan di luar jendela yang kini kehilangan sosoknya.
                Ketika seluruh kata yang pernah tertahan siap kukeluarkan. Hanya ada satu yang selama ini begitu sulit kuutarakan; CINTA.         


   Terinspirasi dari kisah Naruse Jun dalam movie anime Kokoro ga Sakebitagatterunda.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kata-kata Yang Berlari di Tengah Jatuh Cinta

Aku Ingin Mati di Tulisanku Sendiri

Bermain dengan Spotify Wrapped 2024