Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

(CERPEN) Piring-piring Ibu

Gambar
Meja bundar itu lebih sunyi dari biasanya. Beberapa butir anggur tergeletak di piring berwarna abu dengan posisi berada di tengah nasi putih dan ikan asin. Aku pikir yang dibanggakan dalam makan malam kali ini ialah   beberapa anggur tersebut. “Dari siapa anggur ini, Bu?” “Kau tak percaya ibu membelinya karena biasanya Ibu tak punya uang? Sebegitu tak percayanya?” “Tidak juga” Jawabku dingin.             Sepanjang makan malam tersebut, hanya ada suara kunyahan Ibu yang seringkali disertai hembusan. Seolah tiap helaannya ialah keluhan yang selalu ingin ia muntahkan dari bertahun-tahun lamanya. Ikan asin ini tak terasa asin, karena kehambaran yang hanya bisa kurasakan lewat lidah ini. Selepas ia makan, ia langsung beranjak dari meja dan mencuci tangan. Tanpa berbicara denganku lagi, tanpa menatapku lagi.             Segera kuhabiskan sisa makananku dan mencu...

(Puisi) Nukilan Pertemuan

Sepulang temu kala itu, langkah bergemerisik di antara sepatu dan aspal, kamu mungkin akan semerbak lebar, melepas bayang senyum yang kamu  simpan sebagai mentari dan hujan. Tatap yang terjalin adalah harap yang tergantung pada langit-langit. Suaka angkasa membelai jantungmu hingga jatuh, berkali-kali, tanpa henti. Detaknya kau aminkan sebagai nadi yang membanjiri darahmu ke segala sisi. Hingga kau tak menyadari: bahwa cinta membentang pasrah dan melekang arah. Sepulang temu kala itu, cakap menjadi jalan panjang yang kau temukan sebagai sua. Dekap dan lekat di ambang simpang menjelma rima yang kau nyanyinkan; dengan nada yang keluar dari matanya, dengan irama yang menyeruak dari ciptanya. Hingga kau menyadari: bahwa semestamu memang untuknya. Nb: ditulis untuk orang-orang yang baru bertemu dengan semesta hatinya.

Puisi Paling Santuy

Huruf yang terbaca pada ranting kertas   ini hanya tercacah di antara laptop yang bermasalah Angan yang resah, serta ingin yang ruah Sementara akar-akar pohon merindukan hujan dari puncak awan sana Aku melihatnya terkatung-katung melafalkan jalan pulang menginjak bumi Suara aksara pada batang melapang dengan sendirinya Mengirim beribu umpatan sekaligus empati di saat yang bersamaan Hati hanya berselimut dari nyenyak tidur Sementara kayuhan mimpi tak bisa lagi aku temukan di sini Tak bisa kukekalkan di sini Tak bisa kulumatkan pada daging darahku sendiri Setelah itu, Mungkin akan terjadi dekonstruksi ulang dengan raut wajahku sebagai pemeran utama Yang diputarbalikan dan mengelabui aku lagi. Lagi dan lagi. Hingga di ujung cerita hanya puluhan pohon-pohon yang berimbun seruni Serta dedaunan yang meranggas dengan kemarau yang sangat ganas Atau pori-pori klorofil yang terbuka membuatku terlena dan membuatku tanggal di dalamnya. Semenjak itu, ...

(KISAH) Perbucinan Berbalas dan Kandas

Gambar
'Gak ada pikiran lain ke jenjang itu (pernikahan) selain sama dia" EAAAAHAALAH Kata-kata bucin itu  dikatakan oleh pemuda yang menyebut dirinya  mirip Ardito Pramono tapi sebenarnya hanya memaksakan mirip. He. Dia dengan senang hati menjadikanku tempat curahan di saat ia sebenarnya hanya butuh didengarkan.  Ngebahas tentang curahan hati, Perasaan dan cinta yang terkadang menjadi titik hidup setiap manusia ialah hal yang lumrah. Begitupun para lelaki yang notabennya memiliki rasa yang lebih membara. Rasa yang membara itulah yang membuat orang melakukan hal-hal yang lebih untuk cinta dari seharusnya. Dan barulah akhir-akhir ini kita sering banget mendengar istilah 'bucin' alias Budak Cinta. Sebelum panjang lebar ngomongin perbucinan, konten (Kisah) ini berfokus kepada tokoh utama laki-laki yang akan kita ubek-ubek, agar tida ada lagi orang yang beranggapan dan memukulratakan bahwa 'lelaki sama saja'. Dimulai dari perbucinan yang berbalas sampai ...

(PUISI) Tolong, hentikan.

Sepanjang renggang yang tertempuh, imaji-imaji terkutuk mengetuk kesadaranku. Menawarkan berbagai macam cara mecinta. Fana yang bertabur selepas sepi, menggantung pada pikiran berujung jantung: jantung. Masa habis. Harapan terkikis. Doa-doa mati tertelan sunyi. Janji swara mengabu; menjadi abu. Kata-kata menjadi lapar dan aku tertampar pada nyata yang terdampar. Angan melahap habis aku tanpa baju. Melalui inginku, memanfaatkan instingku. Waktu berlagak maju. Detik melambat dan aku tertambat: pada pilihan-pilihan, pada angan-angan,  pada kesenangan-kesenangan, pada kesakitan-kesakitan, pada Lagu-lagu cinta yang menguras kewarasan. Mimpi yang terlahir di lumbung musim, membawaku ke sebuah adegan dimana ku menemukan diriku tertatih-tatih memuja, tanpa letih. Suatu adegan tragis untuk perempuan selain menangis. Lalu mimpi yang kubuka di balik jendela itu pun menyapa. Semakin lama, semakin tajam, kelam, dan aku sungguh tertelan. Telan. Perasaan menggebu untuk siapa, aku tak tahu...

(PUISI) ALEGORI

Wewangian menjadi tajuk utama yang diringi kerlingan pagi, rumpun embun, dan sisa mimpi selepas sepi. Jauhmu di utara melepas jatuh, dekatku di selatan melesap pelan. Abjad dalam rahim menjadi hela yang telah membagi: mana waktu yang berangkat pulang atau semu yang bersingkat lapang. Hari berlumbung musim. Rasamu terbaca di angkasa, terkirim pada langit yang tak menua. Kasih terlahir pada ribuan abad, puisi tercipta pada ribuan bait. Jejak langkah membawaku ke sebuah arah: muaramu. Hari berlambung asa. detik-detik pencarianku menawar rupa-rupa warna. entah jingga, biru, atau kelabu: jalan setapakmu tetap kutuju Hari bercerita purna. Waktu berjinjit pasrah. Titik dan koma yang kau baca, tak pernah istirah. istirah. Lelah hanya ingin yang membawamu pada ingin. Sedangkan aku, hanya tuai yang merindumu buai. -Maret 2019. 22:56

(KISAH) PERJALANAN KERETAMU

Serupa ratusan orang di kereta ketika jam pulang, ada ratusan masalah juga di  kepala mereka yang mengharap lapang. Setiap orang pasti berebut tempat duduk--atau minimal tempat strategis-- untuk mengistirahkan masalah, kesedihan, kepenatan, serta kelelahan yang sudah mereka tahan di hari ini dan bahkan hari-hari yang lalu. Tak jarang, banyak orang yang langsung tertidur, karena dengan tidur masalah akan terasa mundur. Walau sebenarnya, mereka pun tahu, tak ada kata selesai dari sebuah aktivitas bernama 'tidur' Lain halnya dengan orang yang tidak kebagian tempat duduk. Mereka akan berdiri sambil tangan menggantung, atau bahkan tak perlu mengulurkan tangannya, karena desak-desakan bisa membuat mereka berdiri tanpa perlu pegangan. Mereka akan sibuk--lebih tepatnya pura-pura sibuk-- dengan mendengarkan lagu, buka handphone, menonton macro.id , atau bahkan bengong ke luar jendela sambil berharap ada penumpang yang turun dan akhirnya kebagian tempat duduk. Masalah yang tertelan...

PUI(SHIT) DALAM POST-IT

SMP: -1- (1)  Ku bertanya padamu, Kau memalingkannya untukku.  Tembok belakang kelas, saksi yang tak jelas  Di sana,  Tak ada pengakuan. Tak ada Pengungkapan.  apalah arti Cinta pertama? (2) Warna yang tergambar berupa kehilangan yang tersadar lagi dan lagi tak ada pengakuan. tak ada pengungkapan. -2- (3) Tertawa di atas sekolah pertama riang yang senang sampai tangis yang mengiris Tak ingin jadi tua, katamu Tak ada yang bisa begitu, kataku. hanya percakapan-percakapan singkat yang berujung hangat. binar lengkungmu, di ambangnya. (4) Tinta pulpen, goresan pensil, dan guntingan kertas menjelma bayang di ujung hari Keributan kecil, usaha tahu diri, pertemanan di kelas, sampai rasa di pelajaran Ipa biologi Perpisahan dan hilang. melupakan dan kenang. SMA -1- (1) Hidup menjelma abu-abu Tak ada kenyataan yang hadir dengan terburu-buru di Ujung sana, kau datang tanpa ada pintu buku-buku, dongeng, cita-cerita, impian, Neptunus, serta...